loading...

ADAB BERDZIKIR RASULLULLAH SAW - Hallo sahabat Pahala Online, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul ADAB BERDZIKIR RASULLULLAH SAW, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Dzikir Dzikir, Artikel Panduan Islam, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.



Judul : ADAB BERDZIKIR RASULLULLAH SAW
link : ADAB BERDZIKIR RASULLULLAH SAW

Baca juga


ADAB BERDZIKIR RASULLULLAH SAW


Adab Berdzikir

Tujuan berdzikir ialah menyucikan jiwa dan membersihkan diri serta membangunkan nurani. Hal inilah yang disyaratkan oleh ayat yang mulia: 
وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ‌ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ‌ۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُ‌ۗ 
"... Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari [perbuatan-perbuatan] keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah [shalat] adalah lebih besar [keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain]. (Q.S. Al-Ankabut: 45). 

Adab dzikir yang paling utama dan mesti diperhatikan tatkala ingin berdzikir adalah hendaknya melandasi niat dengan ikhlas dan senantiasa berdzikir dengan dzikir yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Adapun adab-adab berdzikir yang lain, maka Allah Ta’alaa telah merangkum hal tersebut dalam firman-Nya (yat),

“وَٱذۡكُر رَّبَّكَ فِى نَفۡسِكَ تَضَرُّعً۬ا وَخِيفَةً۬ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأَصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡغَـٰفِلِينَ" Dan sebutlah [nama] Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (Q.S. Al-A'raf: 205). (QS.Al A’raaf: 205). 

Dari ayat ini dapat kita ringkas beberapa adab dalam berdzikir, yaitu:

  • Berdzikir di dalam hati. Maksudnya adalah dengan memahami makna yang diucapkan dengan hatinya. Hal ini akan memudahkan untuk berdzikir dengan ikhlas karena lebih menjauhkan dari riya’ dan akan lebih mudah untuk dikabulkan.
  • Merendahkan diri. Hendaknya dalam berdzikir menghadirkan hati dengan menganggap dirinya hina, dalam keadaan tunduk, mengakui akan kekurangan dirinya karena hal tersebut akan membantu untuk menumbuhkan rasa kehinaan dalam mengingat keagungan Rabbnya.
  • Dengan rasa rakut. Maksudnya adalah takut diadzab karena kurang dalam beramal yang benar, takut amalannya ditolak dan tidak diterima oleh Alloh, sehingga yang demikian itu justru menambah motivasi untuk beramal lebih banyak dan lebih baik. Inilah sifat-sifat orang mukmin sebagaimana yang diterangkan Alloh dalam surat Al Mu’minuun: 60, (yat), “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”. 
  • Merendahkan suara. Ditekankan untuk merendahkan suara dalam berdzikir karena hal ini akan lebih mendekatkan pada perenungan akan keagungan Rabb yang sempurna. Imam Ibn Katsir berkata, “Oleh karena itu Alloh berfirman, “dengan tidak mengeraskan suara”, demikianlah ketika berdzikir (hendaknya tidak mengeraskan suara-pen), dan dzikir bukanlah berupa sahutan dan suara yang keras” (Tafsirul Qur’anil Azhim). Rasulullah saw. pernah mendengar segolongan manusia yang berdo'a dengan suara keras dalam satu perjalanan, maka sabdanya: "Hai manusia! pelan-pelanlah dalam bersuara, karena kamu tidaklah menyeru orang-orang yang tuli atau di tempat yang jauh . Yang kamu seru itu Maha Mendengar lagi Mahadekat, bahkan lebih dekat lagi kepadamu dari leher kendaraanmu!" ” (HR. Bukhari dan Muslim). 
  • Berdzikir dengan lisan, bukan dengan hati saja. Hal ini ditunjukkan dalam ayat tersebut pada lafadz, “dengan tidak mengeraskan suara” yang bermakna berbicara dengan mengeluarkan suara yang lirih, sehingga yang dimaksud adalah menggabungkan antara dzikir dengan lisan dan dzikir dengan qolbu,
  • Berdzikir di waktu pagi dan petang. Ayat di atas juga menunjukkan waktu yang afdlal untuk berdzikir kepada-Nya, yakni di waktu pagi dan petang. Hal ini tidak membatasi bahwa dzikir hanya dilakukan pada saat itu saja, akan tetapi ayat itu hanya menekankan pentingnya untuk berdzikir di kedua waktu tersebut karena pada saat itu merupakan waktu lowong yang dapat digunakan untuk beribadah dengan bersungguh-sungguh dan pada saat itu pula amalan seluruh manusia diangkat untuk dihadapkan kepada Allah SWT.
  • Tidak lalai ketika berdzikir kepada Allah. Sering kita melihat orang yang berdzikir dengan suara yang keras dan dengan begitu cepatnya, akan tetapi mereka tidak memahami apa yang dia ucapkan. Ini adalah salah satu adab yang jelek, membuat dzikir tersebut tidak bermanfaat bagi pelakunya dan hal ini termasuk salah satu bentuk kelalaian walaupun dia melakukan dzikir. Dzikir itu dapat bermanfaat ketika dipahami, meresap dalam qalbu dan memberi pengaruh bagi ketaatan hamba. Hendaknya dalam berdzikir menghadirkan hati dan tidak tergesa-gesa untuk menyelesaikan dzikir dengan bilangan tertentu.
Perihal Dzikir berjamaah dengan komando. 

Kesalahan sebagian besar kaum muslimin saat ini adalah melakukan dzikir bersama dengan dikomandoi seraya mengucapkan lantunan dzikir dengan suara yang keras. Adapun dzikir mereka dengan suara yang keras telah dijawab dan dalil yang menunjukkan bahwa Nabi dan para sahabat berdzikir dengan suara keras diterangkan oleh para ulama bahwasanya hal itu dimaksudkan untuk mengajari para sahabat yang belum mengetahuinya.

Sedangkan tata cara dzikir dengan dikomandoi maka cara ini tidak pernah dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, adapun para pendukung dzikir model ini berdalil dengan dalil-dalil umum yang tidak menunjukkan bahwa tata cara dzikir yang disyariatkan adalah yang seperti mereka lakukan. 

Cukuplah bagi kita apa yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud raketika beliau mengingkari orang-orang di zaman beliau tatkala melakukan dzikir dengan model persis seperti orang-orang yang mengagungkan dzikir bersama pada saat ini. (Atsar ini diriwayatkan oleh Ad Darimi, Bahsyali dan selainnya). Demikianlah yang dapat kami hadirkan pada kesempatan kali ini, wahai saudaraku isilah waktu kita dengan senantiasa mengingat Allah SWT. 

Rasululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah satu waktu berlalu bagi Bani Adam dan (mereka) tidak berdzikir (mengingat) Alloh di dalamnya, melainkan akan membawa penyesalan pada hari kiamat” (HR. Baihaqi dan Abu Nu’aim dihasankan oleh Imam Al Albani dalam Shohihul Jami’).

ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”



Sumber: 
fikih Sunnah 4, Sayyid Saabiq. telah diedit untuk keselarasan.
https://salafiyunpad.wordpress.com/2009/06/06/berdzikirlah-sesuai-sunnah/


Demikianlah Artikel

Sekianlah artikel kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.