Pulau Onrust merupakan salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta yang letaknya berdekatan dengan Pulau Bidadari. Pada masa kolonial Belanda, rakyat sekitar menyebut pulau ini adalah Pulau Kapal karena di pulau ini sering sekali dikunjungi kapal-kapal Belanda sebelum menuju Batavia. Di dalam pulau ini terdapat banyak peninggalan arkeologi pada masa kolonial Belanda dan juga sebuah rumah yang masih utuh dan dijadikan Museum Pulau Onrust.
Nama 'Onrust' sendiri diambil dari bahasa Belanda yang berarti 'Tidak Pernah Beristirahat' atau dalam bahasa Inggrisnya adalah 'Unrest'. Ada sumber lain yg mengatakan bahwa nama Onrust tersebut diambil dari nama penghuni pulau yang masih keturunan bangsawan Belanda, yaitu Baas Onrust Cornelis van der Walck.
Masa VOC :
Pada zaman dahulu Pulau Onrust dan pulau-pulau lain di Teluk Jayakarta (sekarang disebut Kepulauan Seribu) pernah menjadi tempat peristirahatan keluarga raja-raja Banten. Namun kemudian terjadi sengketa antara Kerajaan Banten dan Jayakarta hingga tidak pernah ada upaya penyelesaian. Jayakarta merasa memiliki pulau ini karena lokasinya dekat (di hadapan Kota Jayakarta), sedangkan Banten mempunyai hak atas pulau tersebut sebab seluruh Kepulauan Seribu merupakan bagian dari teritorial kekuasaannya. Saat Belanda datang dan gagal memonopoli perdagangan di Banten kemudian mengalihkan perhatiannya ke Jayakarta dengan menggunakan salah satu pulau di Teluk Jayakarta, yakni Pulau Onrust.
Pada tanggal 10-13 Nopember 1610 terjadi perjanjian antara Belanda (diwakili L. Hermit) dan Jayakarta (diwakili Pangeran Jayakarta) yang isinya memperbolehkan orang-orang Belanda mengambil kayu untuk pembuatan kapal-kapalnya di Teluk Jayakarta. Melihat banyak kapal yang berlayar ke Asia, terutama Asia Tenggara, dan tinggal beberapa lama, sering memerlukan perbaikan kapal akibat perjalanan panjang, maka VOC berniat untuk membangun sebuah galangan kapal di teluk tersebut. Niat tersebut diizinkan oleh pangeran dengan menggunakan Pulau Onrust. Pembangunan dimulai tahun 1613.
Tahun 1615 VOC mendirikan sebuah galangan kapal dan sebuah gudang kecil. Selain sebagai galangan kapal, Jan Pieterzoon Coen mengharapkan Onrust menjadi koloni, sehingga VOC mengirim keluarga Cina ke Onrust dengan segala fasilitasnya. Kemudian tahun 1618 Coen menjadikan Onrust sebagai pulau pertahanan terhadap akibat memuncaknya ancaman Banten dan Inggris. Hingga Coen memerintahkan penyerbuan ke Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1619, dan memindahkan pelabuhan ke muara Sungai Ciliwung tersebut dan mengganti namanya sebagai Batavia.
Pembangunan sarana fisik terus dilakukan. Tahun 1656 dibangun sebuah benteng kecil bersegi empat dengan 2 bastion (bangunan yang menjorok keluar berfungsi sebagai pos pengintai). Tahun 1671 diperluas menjadi benteng persegi lima dengan bastion pada tiap tahap sudutnya, namun tidak simetris yang semuanya terbuat dari bata dan karang. Kemudian tahun 1674 dibangun gudang-gudang penyimpanan barang, gudang penyimpanan besi dan dok tancap yang semuanya dikerjakan oleh 74 tukang kayu dan 6 tukang lainnya. Pada tahun yang sama dibangun sebuah kincir angin untuk keperluan penggergajian kayu. Tahun 1691 dibangun sebuah kincir angin yang kedua, terdapat 148 abdi kompeni dan 200 budak pada tahun 1695.
Tahun 1770, Captain Sir James T. Cook dan kapalnya HMS Endeavour sempat singgah di pulau ini untuk mengisi perbekalan sebelum melanjutkan penjelajahannya ke Australia. Menurut catatan Cook, di pulau ini ada benteng Belanda dan penggergajian kayu.
Masa Kolonial Hindia Belanda - Perang Dunia II :
Tahun 1800 Inggris melakukan blokade terhadap Batavia, dan pertama kali mengepung Onrust dan sekitarnya. Semua bangunan yang terdapat di permukaan Onrust tersebut dimusnahkan. Setelah hancur, tahun 1803 Belanda merencanakan pembangunan kembali atas Onrust sesuai dengan rencana DM. Barbier, namun baru selesai pembangunannya tahun 1810 dihancurkan lagi oleh Inggris dan menduduki Onrust sampai 1816. Tahun 1827 baru mendapat perhatian dan pada tahun 1828 pembangunan dimulai dengan mempekerjakan orang-orang Cina, dan tahanan. Pulau-pulau lain di sekitarnya seperti Pulau Bidadari (dahulu bernama Pulau Sakit), Pulau Cipir (Pulau Kahyangan) dan Pulau Kelor dibangun untuk menjadi pendukung pulau ini.
Dan 1848 kegiatan berjalan kembali. Tahun 1856 area pelabuhan ditambah lagi dengan sebuah dok terapung yang memungkinkan perbaikan kapal laut. Setelah Pelabuhan Tanjung Priok dibangun tahun 1883, Onrust kehilangan perannya dalam dunia perkapalan dan pelayaran. Baru kemudian 1905 Onrust mendapat perhatian lagi dengan didirikannya stasiun cuaca di pulau ini dan Pulau Kuyper (Cipir). Dan pada awal abad 20, P. Onrust dimanfaatkan sebagai sanatorium TBC.
Tahun 1911 Onrust diubah fungsinya menjadi karantina Haji hingga tahun 1933. Para calon haji dibiasakan dulu dengan udara laut, karena saati itu untuk mencapai Tanah Suci harus naik kapal laut selama berbulan-bulan lamanya, dan kemudian sebagai pos karantina jemaah haji yang kembali.
Selama tahun 1933 sampai 1940 dijadikan sebagai tempat tawanan para pemberontak yang terlibat dalam "Peristiwa Kapal Tujuh" (HNLMS Zeven Provincien), Ketika pecah Perang Dunia II tahun 1939, pulau ini dipakai Belanda sebagai kamp tawanan, yg isinya orang-orang Jerman yg bermukim di Hindia Belanda, yg dicurigai sebagai mata2 musuh.
Tahun 1942 setelah Jepang menguasai Batavia, Onrust dijadikan tempat penjara bagi para penjahat kriminal kelas berat.
Antara September 1945 - Januari 1946 sempat kembali dimanfaatkan kembali oleh Sekutu sebagai tempat tawanan orang-orang Jerman yang ada di Indonesia, termasuk 6 orang awak U-Boat U-195. Tawanan perang ini selanjutnya dipindahkan ke Malang, karena Belanda khawatir mereka akan dibebaskan oleh pejuang2 kemerdekaan RI.
Masa Kemerdekaan Indonesia
Pada masa Indonesia merdeka pulau ini dimanfaatkan sebagai Rumah Sakit Karantina, terutama bagi penderita penyakit menular di bawah pengawasan Departemen Kesehatan RI hingga awal 1960-an. Tahun 1960 - 1965 dimanfaatkan untuk penampungan para gelandangan dan pengemis, selain itu juga dimanfaatkan untuk latihan militer. Pulau ini sempat terbengkalai, dianggap tak bertuan hingga tahun 1968 terjadi pembongkaran dan pengambilan material bangunan secara besar-besaran oleh penduduk atas izin kepolisian setempat. Tahun 1972 Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mengeluarkan SK (Surat Keputusan) yang menetapkan Pulau Onrust sebagai pulau bersejarah. Kini, Pulau Onrust, juga Pulau Cipir, Pulau Bidadari, Pulau Kelor dan Pulau Edam, oleh Pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai daerah Suaka Taman Purbakala Kepulauan Seribu
Obyek Wisata :
Di pulau ini masih terlihat bangunan-bangunan peninggalan penjajah Belanda seperti benteng dan pelabuhan kuno. Pulau-pulau lain di sekitarnya seperti Pulau Bidadari (dahulu bernama Pulau Sakit), Pulau Cipir (Pulau Kahyangan) dan Pulau Kelor dibangun untuk menjadi pendukung pulau ini.
Di dalam pulau ini terdapat banyak peninggalan arkeologi pada masa kolonial Belanda dan juga sebuah rumah yang masih utuh dan dijadikan Museum Pulau Onrust. Terdapat pula sebuah makam yang konon kabarnya merupakan makam dari pemimpin pemberontakan DI/TII yaitu S.M. Kartosoewirjo.
Salah satu cerita misteri yang terkenal di sana adalah kasih tak sampainya Maria Van de Velde. Maria meninggal mengenakan baju pengantinnya, menunggu sang kekasih yang akan datang dari Belanda. Yang bikin hampa, penantiannya benar-benar sia-sia karena kekasih yang ditunggunya sebenarnya udah meninggal duluan.
Maria meninggal pada usia 28 tahun. Kenapa Maria bisa meninggal muda? Bukan karena bunuh diri, tapi karena penyakit pes yang pada masa itu menjadi wabah. Tikus-tikus itu sendiri bisa berada di Pulau Onrust karena terbawa oleh kapal-kapal Belanda yang sering singgah disana. Yang bikin serem, konon, pada hari-hari tertentu, Maria masih suka menampakkan dirinya.
Bila ingin menuju pulau ini dapat dilakukan melalui Pulau Bidadari yang menjadi resor pariwisata. Sedangkan perjalanan dari Jakarta melalui Marina Ancol menuju Pulau Bidadari dapat menggunakan speedboat reguler setiap hari. Atau bisa juga dari Pelabuhan Muara Kamal dengan menaikki kapal nelayan.
Transportasi :
Bila ingin menuju pulau ini dapat dilakukan melalui Pulau Bidadari yang menjadi resor pariwisata. Sedangkan perjalanan dari Jakarta melalui Marina Ancol menuju Pulau Bidadari dapat menggunakan speedboat reguler setiap hari. Atau bisa juga dari Pelabuhan Muara Kamal dengan menaikki kapal nelayan.
Beberapa penjelajah samudera pernah singgah disini. Di antaranya Abel Tasman dan James Cook. Hayo, berasa pernah denger kedua nama itu, engga? *yang baca langsung berkerut keningnya* Yang udah tau, kayaknya pelajaran sejarahnya emang dapet nilai bagus. Yang belum inget juga, aku kasih tau aja deh. Pelajaran sejarah mengajarkan bahwa Abel Tasman adalah penemu Tasmania (Selandia Baru), sedangkan James Cook adalah penemu benua Australia.
Aku mau menjelaskan sedikit tentang sejarah penemuan benua Australia ini. Pada tahun 2007, ada revisi dari pelajaran sejarah yang telah kita terima dulu. Klaim pelaut berkebangsaan Inggris James Cook sebagai penemu benua Australia pada tahun 1770 telah terbantahkan.Selembar peta kuno dari abad ke-16 membuktikan bahwa orang Eropa pertama yang berlayar sampai ke Australia adalah para pelaut Portugal. Fakta sejarah itu terungkap saat Peter Trickett, seorang penulis Australia meneliti peta kuno di perpustakaan Los Angeles. Peta itu menggambarkan secara terperinci mengenai Teluk Botany.
Berbekal pengalamannya meneliti peta kuno selama 8 tahun, Trickett menyatakan bahwa armada kapal Portugal yang dipimpin Christopher de Mendonca mencapai Teluk Botany (saat ini bernama Sydney Harbour), pantai timur Australia, pada 1522 setelah mereka berlayar ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah. Dan itu terjadi 248 tahun sebelum James Cook sampai disana. Walaupun ada sedikit revisi atas penemuannya, Kapten James Cook tetaplah seorang penjelajah berprestasi. Cook banyak memetakan wilayah dan beberapa pulau, garis pantai pada peta Eropa untuk pertama kalinya. Prestasinya dapat dikaitkan dengan kombinasi dari ilmu pelayaran, survei unggul dan ketrampilan kartografis dan keberanian dalam mengeksplorasi lokasi yang berbahaya untuk mengkonfirmasi fakta-fakta.
Eh, jadi melebar ya, ceritanya? Maaf, maaf, abisnya kisah tentang James Cook sendiri memang menarik. Bahkan akhir hidupnya pun tidak biasa. Ia dibunuh oleh penduduk pribumi di Hawaii. Ia dibunuh saat mencoba untuk mengambil sandera Raja Hawaii karena salah satu perahu kecilnya diambil penduduk. Cerita Hawaii mengatakan bahwa ia dibunuh oleh seorang kepala suku bernama Kalanimanokahoowaha. Tentang fakta lebih akuratnya, silakan googling. Hehehe...
Oke, kembali ke cerita tentang Onrust. Seperti telah disinggung di atas, antara tahun 1911 dan 1933, Onrust difungsikan sebagai sanatorium TBC sekaligus pusat karantina haji yang baru pulang dari Mekkah. Alasan kamuflasenya adalah untuk menjaga kesehatan. Sebenarnya, apa alasan utama dari pengadaan karantina haji ini? Jawabannya adalah kekhawatiran pemerintah Hindia-Belanda. Pada masa itu, setelah selesai melaksanakan ibadah haji, orang-orang menetap di Arab selama 3 bulan lamanya untuk belajar agama kepada ulama-ulama terkemuka. Dikhawatirkan hal itu akan menimbulkan pembaruan pemikiran dalam diri para jemaah haji tersebut yang mana akan memunculkan ide-ide baru untuk menentang penjajahan.
Kadang saat ditemukan adanya jemaah haji yang dinilai berbahaya oleh pemerintah Hindia Belanda, mereka akan diberi suntik mati dengan alasan beragam. Untuk memudahkan pengawasan para jemaah haji, pemerintah Hindia Belanda memberikan gelar baru kepada mereka, yaitu "Haji". Karena dari sejarahnya, mereka yang ditangkap, diasingkan, dan dipenjarakan adalah mereka yang memiliki gelar haji. Jadi bertanya-tanya, pantaskah diberi gelar haji setelah mengetahui asal-muasal gelar haji ini?
Selanjutnya, selama tahun 1933 sampai 1940, Pulau Onrust dijadikan sebagai tempat tawanan para pemberontak yang terlibat dalam "Peristiwa Kapal Tujuh" (Zeven Provincien) untuk selanjutnya dikuburkan di Pulau Kelor. Oya, Zeven Provincien artinya tujuh propinsi, diambil dari keadaan negeri Belanda saat itu yang mana memiliki tujuh propinsi. Kemudian pada tahun 1940 dijadikan sebagai tempat tawanan orang-orang Jerman yang dituduh dalam gerakan NAZI pro Hitler yang ada di Indonesia.
Tahun 1942, setelah Jepang menguasai Batavia, Onrust dijadikan penjara bagi tahanan kelas berat. dan tahanan politik, salah satunya adalah D.N. Aidit yang kemudian menjadi tokoh PKI. Pada masa Indonesia merdeka hingga awal 1960-an, Onrust dimanfaatkan sebagai Rumah Sakit Karantina terutama bagi penderita penyakit menular (misalnya lepra) di bawah pengawasan Departemen Kesehatan RI. Tahun 1960-1965 difungsikan untuk penampungan para gelandangan dan pengemis. Selain itu juga dimanfaatkan untuk latihan militer.
Pulau ini terbengkalai, dianggap tak bertuan hingga tahun 1968 terjadi pembongkaran dan pengambilan material bangunan secara besar-besaran oleh penduduk atas ijin kepolisian setempat. Sampai kemudian tahun 1972 Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan SK yang menyatakan Pulau Onrust sebagai pulau bersejarah.
Oya, waktu kami berkunjung ke Pulau Onrust, kami menemukan banyak makam disana. Ada 2 makam keramat tak bernama dengan bendera merah putih dipancangkan disana. Kabarnya, salah satunya adalah makam petinggi DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang dieksekusi pada pemerintahan Presiden Soekarno. Pemimpin pemberontakan DI/TII di Jawa Barat pada tahun 1949 itu ditembak mati pada tanggal 5 September 1962. Namun sumber terbaru kalo SM Kartosoewirjo bukan dimakamkan di Pulau Onrust, tapi di Pulau Ubi yang lokasinya memang berdekatan dengan Pulau Onrust. Hanya saja Pulau Ubi sudah tenggelam oleh abrasi air laut. Jadi siapa yang dimakamkan di Pulau Onrust? Entahlah...
Sebelum kami bertemu dengan makam keramat itu, kami bertemu kompleks pemakaman Belanda. Di tengah kompleks pemakaman ini, ada 1 pohon tua yang gede.
Salah satu cerita misteri yang terkenal di sana adalah kasih tak sampainya Maria Van de Velde. Maria meninggal mengenakan baju pengantinnya, menunggu sang kekasih yang akan datang dari Belanda. Yang bikin hampa, penantiannya benar-benar sia-sia karena kekasih yang ditunggunya sebenarnya udah meninggal duluan.
Maria meninggal pada usia 28 tahun. Kenapa Maria bisa meninggal muda? Bukan karena bunuh diri, tapi karena penyakit pes yang pada masa itu menjadi wabah. Tikus-tikus itu sendiri bisa berada di Pulau Onrust karena terbawa oleh kapal-kapal Belanda yang sering singgah disana. Yang bikin serem, konon, pada hari-hari tertentu, Maria masih suka menampakkan dirinya.
Di atas makam Maria tertulis puisi dalam Bahasa Belanda :
Maunya aku terjemahin pake Google Translate. Eh, lha kok jadi kacau banget. Akhirnya aku googling, nyari yang pernah nulis tentang Maria ini. Katanya siy, kalimat-kalimat di atas kalo diterjemahin ke dalam bahasa Indonesia, artinya kurang lebih seperti di bawah ini :
Oya, di Pulau Onrust ini, ada satu bangunan utuh yang dipergunakan sebagai museum arkeologi. Rombongan peserta tour yang laen pada masuk kesana. Kitanya malah jalan-jalan sendiri. Hihihi... Abisnya engga ada panitia yang woro-woro, tau-tau pada ngilang aja abis makan siang *agak sakit ati cos ditinggalin*
Btw, ada yang nyadar engga, kenapa sepanjang postingan di atas engga ada poto-poto kita? Abisnya kita engga berani masuk-masuk ke kompleks pemakaman. Apalagi ngambil poto. Secara ada Baby Nizam, gitu. Baby kan lebih sensitif ama hal-hal berbau gaib. Daripada kenapa-kenapa nantinya. Hehehe...
Oke, segini aja cerita tentang Pulau Onrust. Engga nyangka, ternyata Kepulauan Seribu memang menyimpan banyak sejarah.
![]() |
Misteri Dan Sejarah Pulau Onrust |
Nama 'Onrust' sendiri diambil dari bahasa Belanda yang berarti 'Tidak Pernah Beristirahat' atau dalam bahasa Inggrisnya adalah 'Unrest'. Ada sumber lain yg mengatakan bahwa nama Onrust tersebut diambil dari nama penghuni pulau yang masih keturunan bangsawan Belanda, yaitu Baas Onrust Cornelis van der Walck.
![]() |
Peta P. Onrust |
Masa VOC :
Pada zaman dahulu Pulau Onrust dan pulau-pulau lain di Teluk Jayakarta (sekarang disebut Kepulauan Seribu) pernah menjadi tempat peristirahatan keluarga raja-raja Banten. Namun kemudian terjadi sengketa antara Kerajaan Banten dan Jayakarta hingga tidak pernah ada upaya penyelesaian. Jayakarta merasa memiliki pulau ini karena lokasinya dekat (di hadapan Kota Jayakarta), sedangkan Banten mempunyai hak atas pulau tersebut sebab seluruh Kepulauan Seribu merupakan bagian dari teritorial kekuasaannya. Saat Belanda datang dan gagal memonopoli perdagangan di Banten kemudian mengalihkan perhatiannya ke Jayakarta dengan menggunakan salah satu pulau di Teluk Jayakarta, yakni Pulau Onrust.
Pada tanggal 10-13 Nopember 1610 terjadi perjanjian antara Belanda (diwakili L. Hermit) dan Jayakarta (diwakili Pangeran Jayakarta) yang isinya memperbolehkan orang-orang Belanda mengambil kayu untuk pembuatan kapal-kapalnya di Teluk Jayakarta. Melihat banyak kapal yang berlayar ke Asia, terutama Asia Tenggara, dan tinggal beberapa lama, sering memerlukan perbaikan kapal akibat perjalanan panjang, maka VOC berniat untuk membangun sebuah galangan kapal di teluk tersebut. Niat tersebut diizinkan oleh pangeran dengan menggunakan Pulau Onrust. Pembangunan dimulai tahun 1613.
Tahun 1615 VOC mendirikan sebuah galangan kapal dan sebuah gudang kecil. Selain sebagai galangan kapal, Jan Pieterzoon Coen mengharapkan Onrust menjadi koloni, sehingga VOC mengirim keluarga Cina ke Onrust dengan segala fasilitasnya. Kemudian tahun 1618 Coen menjadikan Onrust sebagai pulau pertahanan terhadap akibat memuncaknya ancaman Banten dan Inggris. Hingga Coen memerintahkan penyerbuan ke Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1619, dan memindahkan pelabuhan ke muara Sungai Ciliwung tersebut dan mengganti namanya sebagai Batavia.
Pembangunan sarana fisik terus dilakukan. Tahun 1656 dibangun sebuah benteng kecil bersegi empat dengan 2 bastion (bangunan yang menjorok keluar berfungsi sebagai pos pengintai). Tahun 1671 diperluas menjadi benteng persegi lima dengan bastion pada tiap tahap sudutnya, namun tidak simetris yang semuanya terbuat dari bata dan karang. Kemudian tahun 1674 dibangun gudang-gudang penyimpanan barang, gudang penyimpanan besi dan dok tancap yang semuanya dikerjakan oleh 74 tukang kayu dan 6 tukang lainnya. Pada tahun yang sama dibangun sebuah kincir angin untuk keperluan penggergajian kayu. Tahun 1691 dibangun sebuah kincir angin yang kedua, terdapat 148 abdi kompeni dan 200 budak pada tahun 1695.
Tahun 1770, Captain Sir James T. Cook dan kapalnya HMS Endeavour sempat singgah di pulau ini untuk mengisi perbekalan sebelum melanjutkan penjelajahannya ke Australia. Menurut catatan Cook, di pulau ini ada benteng Belanda dan penggergajian kayu.
Masa Kolonial Hindia Belanda - Perang Dunia II :
Tahun 1800 Inggris melakukan blokade terhadap Batavia, dan pertama kali mengepung Onrust dan sekitarnya. Semua bangunan yang terdapat di permukaan Onrust tersebut dimusnahkan. Setelah hancur, tahun 1803 Belanda merencanakan pembangunan kembali atas Onrust sesuai dengan rencana DM. Barbier, namun baru selesai pembangunannya tahun 1810 dihancurkan lagi oleh Inggris dan menduduki Onrust sampai 1816. Tahun 1827 baru mendapat perhatian dan pada tahun 1828 pembangunan dimulai dengan mempekerjakan orang-orang Cina, dan tahanan. Pulau-pulau lain di sekitarnya seperti Pulau Bidadari (dahulu bernama Pulau Sakit), Pulau Cipir (Pulau Kahyangan) dan Pulau Kelor dibangun untuk menjadi pendukung pulau ini.
Dan 1848 kegiatan berjalan kembali. Tahun 1856 area pelabuhan ditambah lagi dengan sebuah dok terapung yang memungkinkan perbaikan kapal laut. Setelah Pelabuhan Tanjung Priok dibangun tahun 1883, Onrust kehilangan perannya dalam dunia perkapalan dan pelayaran. Baru kemudian 1905 Onrust mendapat perhatian lagi dengan didirikannya stasiun cuaca di pulau ini dan Pulau Kuyper (Cipir). Dan pada awal abad 20, P. Onrust dimanfaatkan sebagai sanatorium TBC.
Tahun 1911 Onrust diubah fungsinya menjadi karantina Haji hingga tahun 1933. Para calon haji dibiasakan dulu dengan udara laut, karena saati itu untuk mencapai Tanah Suci harus naik kapal laut selama berbulan-bulan lamanya, dan kemudian sebagai pos karantina jemaah haji yang kembali.
Selama tahun 1933 sampai 1940 dijadikan sebagai tempat tawanan para pemberontak yang terlibat dalam "Peristiwa Kapal Tujuh" (HNLMS Zeven Provincien), Ketika pecah Perang Dunia II tahun 1939, pulau ini dipakai Belanda sebagai kamp tawanan, yg isinya orang-orang Jerman yg bermukim di Hindia Belanda, yg dicurigai sebagai mata2 musuh.
Tahun 1942 setelah Jepang menguasai Batavia, Onrust dijadikan tempat penjara bagi para penjahat kriminal kelas berat.
Antara September 1945 - Januari 1946 sempat kembali dimanfaatkan kembali oleh Sekutu sebagai tempat tawanan orang-orang Jerman yang ada di Indonesia, termasuk 6 orang awak U-Boat U-195. Tawanan perang ini selanjutnya dipindahkan ke Malang, karena Belanda khawatir mereka akan dibebaskan oleh pejuang2 kemerdekaan RI.
Masa Kemerdekaan Indonesia
Pada masa Indonesia merdeka pulau ini dimanfaatkan sebagai Rumah Sakit Karantina, terutama bagi penderita penyakit menular di bawah pengawasan Departemen Kesehatan RI hingga awal 1960-an. Tahun 1960 - 1965 dimanfaatkan untuk penampungan para gelandangan dan pengemis, selain itu juga dimanfaatkan untuk latihan militer. Pulau ini sempat terbengkalai, dianggap tak bertuan hingga tahun 1968 terjadi pembongkaran dan pengambilan material bangunan secara besar-besaran oleh penduduk atas izin kepolisian setempat. Tahun 1972 Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mengeluarkan SK (Surat Keputusan) yang menetapkan Pulau Onrust sebagai pulau bersejarah. Kini, Pulau Onrust, juga Pulau Cipir, Pulau Bidadari, Pulau Kelor dan Pulau Edam, oleh Pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai daerah Suaka Taman Purbakala Kepulauan Seribu
Obyek Wisata :
Di pulau ini masih terlihat bangunan-bangunan peninggalan penjajah Belanda seperti benteng dan pelabuhan kuno. Pulau-pulau lain di sekitarnya seperti Pulau Bidadari (dahulu bernama Pulau Sakit), Pulau Cipir (Pulau Kahyangan) dan Pulau Kelor dibangun untuk menjadi pendukung pulau ini.
Di dalam pulau ini terdapat banyak peninggalan arkeologi pada masa kolonial Belanda dan juga sebuah rumah yang masih utuh dan dijadikan Museum Pulau Onrust. Terdapat pula sebuah makam yang konon kabarnya merupakan makam dari pemimpin pemberontakan DI/TII yaitu S.M. Kartosoewirjo.
Salah satu cerita misteri yang terkenal di sana adalah kasih tak sampainya Maria Van de Velde. Maria meninggal mengenakan baju pengantinnya, menunggu sang kekasih yang akan datang dari Belanda. Yang bikin hampa, penantiannya benar-benar sia-sia karena kekasih yang ditunggunya sebenarnya udah meninggal duluan.
Maria meninggal pada usia 28 tahun. Kenapa Maria bisa meninggal muda? Bukan karena bunuh diri, tapi karena penyakit pes yang pada masa itu menjadi wabah. Tikus-tikus itu sendiri bisa berada di Pulau Onrust karena terbawa oleh kapal-kapal Belanda yang sering singgah disana. Yang bikin serem, konon, pada hari-hari tertentu, Maria masih suka menampakkan dirinya.
Bila ingin menuju pulau ini dapat dilakukan melalui Pulau Bidadari yang menjadi resor pariwisata. Sedangkan perjalanan dari Jakarta melalui Marina Ancol menuju Pulau Bidadari dapat menggunakan speedboat reguler setiap hari. Atau bisa juga dari Pelabuhan Muara Kamal dengan menaikki kapal nelayan.
Transportasi :
Bila ingin menuju pulau ini dapat dilakukan melalui Pulau Bidadari yang menjadi resor pariwisata. Sedangkan perjalanan dari Jakarta melalui Marina Ancol menuju Pulau Bidadari dapat menggunakan speedboat reguler setiap hari. Atau bisa juga dari Pelabuhan Muara Kamal dengan menaikki kapal nelayan.
Beberapa penjelajah samudera pernah singgah disini. Di antaranya Abel Tasman dan James Cook. Hayo, berasa pernah denger kedua nama itu, engga? *yang baca langsung berkerut keningnya* Yang udah tau, kayaknya pelajaran sejarahnya emang dapet nilai bagus. Yang belum inget juga, aku kasih tau aja deh. Pelajaran sejarah mengajarkan bahwa Abel Tasman adalah penemu Tasmania (Selandia Baru), sedangkan James Cook adalah penemu benua Australia.
Aku mau menjelaskan sedikit tentang sejarah penemuan benua Australia ini. Pada tahun 2007, ada revisi dari pelajaran sejarah yang telah kita terima dulu. Klaim pelaut berkebangsaan Inggris James Cook sebagai penemu benua Australia pada tahun 1770 telah terbantahkan.Selembar peta kuno dari abad ke-16 membuktikan bahwa orang Eropa pertama yang berlayar sampai ke Australia adalah para pelaut Portugal. Fakta sejarah itu terungkap saat Peter Trickett, seorang penulis Australia meneliti peta kuno di perpustakaan Los Angeles. Peta itu menggambarkan secara terperinci mengenai Teluk Botany.
Berbekal pengalamannya meneliti peta kuno selama 8 tahun, Trickett menyatakan bahwa armada kapal Portugal yang dipimpin Christopher de Mendonca mencapai Teluk Botany (saat ini bernama Sydney Harbour), pantai timur Australia, pada 1522 setelah mereka berlayar ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah. Dan itu terjadi 248 tahun sebelum James Cook sampai disana. Walaupun ada sedikit revisi atas penemuannya, Kapten James Cook tetaplah seorang penjelajah berprestasi. Cook banyak memetakan wilayah dan beberapa pulau, garis pantai pada peta Eropa untuk pertama kalinya. Prestasinya dapat dikaitkan dengan kombinasi dari ilmu pelayaran, survei unggul dan ketrampilan kartografis dan keberanian dalam mengeksplorasi lokasi yang berbahaya untuk mengkonfirmasi fakta-fakta.
Eh, jadi melebar ya, ceritanya? Maaf, maaf, abisnya kisah tentang James Cook sendiri memang menarik. Bahkan akhir hidupnya pun tidak biasa. Ia dibunuh oleh penduduk pribumi di Hawaii. Ia dibunuh saat mencoba untuk mengambil sandera Raja Hawaii karena salah satu perahu kecilnya diambil penduduk. Cerita Hawaii mengatakan bahwa ia dibunuh oleh seorang kepala suku bernama Kalanimanokahoowaha. Tentang fakta lebih akuratnya, silakan googling. Hehehe...
Oke, kembali ke cerita tentang Onrust. Seperti telah disinggung di atas, antara tahun 1911 dan 1933, Onrust difungsikan sebagai sanatorium TBC sekaligus pusat karantina haji yang baru pulang dari Mekkah. Alasan kamuflasenya adalah untuk menjaga kesehatan. Sebenarnya, apa alasan utama dari pengadaan karantina haji ini? Jawabannya adalah kekhawatiran pemerintah Hindia-Belanda. Pada masa itu, setelah selesai melaksanakan ibadah haji, orang-orang menetap di Arab selama 3 bulan lamanya untuk belajar agama kepada ulama-ulama terkemuka. Dikhawatirkan hal itu akan menimbulkan pembaruan pemikiran dalam diri para jemaah haji tersebut yang mana akan memunculkan ide-ide baru untuk menentang penjajahan.
Kadang saat ditemukan adanya jemaah haji yang dinilai berbahaya oleh pemerintah Hindia Belanda, mereka akan diberi suntik mati dengan alasan beragam. Untuk memudahkan pengawasan para jemaah haji, pemerintah Hindia Belanda memberikan gelar baru kepada mereka, yaitu "Haji". Karena dari sejarahnya, mereka yang ditangkap, diasingkan, dan dipenjarakan adalah mereka yang memiliki gelar haji. Jadi bertanya-tanya, pantaskah diberi gelar haji setelah mengetahui asal-muasal gelar haji ini?
Selanjutnya, selama tahun 1933 sampai 1940, Pulau Onrust dijadikan sebagai tempat tawanan para pemberontak yang terlibat dalam "Peristiwa Kapal Tujuh" (Zeven Provincien) untuk selanjutnya dikuburkan di Pulau Kelor. Oya, Zeven Provincien artinya tujuh propinsi, diambil dari keadaan negeri Belanda saat itu yang mana memiliki tujuh propinsi. Kemudian pada tahun 1940 dijadikan sebagai tempat tawanan orang-orang Jerman yang dituduh dalam gerakan NAZI pro Hitler yang ada di Indonesia.
Tahun 1942, setelah Jepang menguasai Batavia, Onrust dijadikan penjara bagi tahanan kelas berat. dan tahanan politik, salah satunya adalah D.N. Aidit yang kemudian menjadi tokoh PKI. Pada masa Indonesia merdeka hingga awal 1960-an, Onrust dimanfaatkan sebagai Rumah Sakit Karantina terutama bagi penderita penyakit menular (misalnya lepra) di bawah pengawasan Departemen Kesehatan RI. Tahun 1960-1965 difungsikan untuk penampungan para gelandangan dan pengemis. Selain itu juga dimanfaatkan untuk latihan militer.
Pulau ini terbengkalai, dianggap tak bertuan hingga tahun 1968 terjadi pembongkaran dan pengambilan material bangunan secara besar-besaran oleh penduduk atas ijin kepolisian setempat. Sampai kemudian tahun 1972 Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan SK yang menyatakan Pulau Onrust sebagai pulau bersejarah.
Oya, waktu kami berkunjung ke Pulau Onrust, kami menemukan banyak makam disana. Ada 2 makam keramat tak bernama dengan bendera merah putih dipancangkan disana. Kabarnya, salah satunya adalah makam petinggi DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang dieksekusi pada pemerintahan Presiden Soekarno. Pemimpin pemberontakan DI/TII di Jawa Barat pada tahun 1949 itu ditembak mati pada tanggal 5 September 1962. Namun sumber terbaru kalo SM Kartosoewirjo bukan dimakamkan di Pulau Onrust, tapi di Pulau Ubi yang lokasinya memang berdekatan dengan Pulau Onrust. Hanya saja Pulau Ubi sudah tenggelam oleh abrasi air laut. Jadi siapa yang dimakamkan di Pulau Onrust? Entahlah...
Sebelum kami bertemu dengan makam keramat itu, kami bertemu kompleks pemakaman Belanda. Di tengah kompleks pemakaman ini, ada 1 pohon tua yang gede.
Salah satu cerita misteri yang terkenal di sana adalah kasih tak sampainya Maria Van de Velde. Maria meninggal mengenakan baju pengantinnya, menunggu sang kekasih yang akan datang dari Belanda. Yang bikin hampa, penantiannya benar-benar sia-sia karena kekasih yang ditunggunya sebenarnya udah meninggal duluan.
Maria meninggal pada usia 28 tahun. Kenapa Maria bisa meninggal muda? Bukan karena bunuh diri, tapi karena penyakit pes yang pada masa itu menjadi wabah. Tikus-tikus itu sendiri bisa berada di Pulau Onrust karena terbawa oleh kapal-kapal Belanda yang sering singgah disana. Yang bikin serem, konon, pada hari-hari tertentu, Maria masih suka menampakkan dirinya.
Di atas makam Maria tertulis puisi dalam Bahasa Belanda :
Tel leven Hadde God Haar
T leven Willen Sparen
Dogh T Blijckt Jehova Heeft
Dat Door Den Doot Belet
Maria dies Is Weg
Maar Neen K Herroep Dat Woort
Als Onbedagh Gesprokeen
En T Sy Van Myn Aanstont
Op Hesterdaat Gevrokeen
Maria Leeft by Haar Heer
Gebooren Tot Amsterdam
Deen 29 Desember 1693
Gestroven Den 19 November
Anno Op Onrust 1721
Maunya aku terjemahin pake Google Translate. Eh, lha kok jadi kacau banget. Akhirnya aku googling, nyari yang pernah nulis tentang Maria ini. Katanya siy, kalimat-kalimat di atas kalo diterjemahin ke dalam bahasa Indonesia, artinya kurang lebih seperti di bawah ini :
Maria van de Velde
mayatnya dikubur
walaupun ia pantas
hidup bertahun-tahun lamanya
seandainya Tuhan
berkenan demikian
namun rupanya, Jehova
menghalangi itu dengan kematian
Maria hilang, Maria tiada lagi
bukan! saya tarik kembali kata itu
karena diucapkan tanpa pikir panjang
maka semoga kelancanganku
lansung didenda
kini Maria baru sungguh-sungguh hidup
sejak hidup dekat Tuhannya
lahir di Amsterdam
tanggal 29 Desember 1693
meninggal tanggal 19 November
1721 di Onrust
Oya, di Pulau Onrust ini, ada satu bangunan utuh yang dipergunakan sebagai museum arkeologi. Rombongan peserta tour yang laen pada masuk kesana. Kitanya malah jalan-jalan sendiri. Hihihi... Abisnya engga ada panitia yang woro-woro, tau-tau pada ngilang aja abis makan siang *agak sakit ati cos ditinggalin*
Btw, ada yang nyadar engga, kenapa sepanjang postingan di atas engga ada poto-poto kita? Abisnya kita engga berani masuk-masuk ke kompleks pemakaman. Apalagi ngambil poto. Secara ada Baby Nizam, gitu. Baby kan lebih sensitif ama hal-hal berbau gaib. Daripada kenapa-kenapa nantinya. Hehehe...
Oke, segini aja cerita tentang Pulau Onrust. Engga nyangka, ternyata Kepulauan Seribu memang menyimpan banyak sejarah.