Misteri Sosok Raksasa Dakhe Penghuni Kampung Adat Lembah Jerebu
Salah satu dari sekian banyak lembah yang menyimpan potensi pariwisata di bagian tengah Pulau Flores adalah Lembah Jerebu’u di Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur sebagai museum budaya.
Ada apa di Lembah Jerebu’u? Lembah Jerebu’u yang berada di bawah kaki gunung berapi Inerie terdapat kampung-kampung adat yang berusia ratusan tahun. Selain melihat arsitektur rumah adat warga masyarakat Ngada yang sangat langka, wisatawan asing dan nusantara dapat menikmati pemandangan alam di lembah Jerebu’u serta keelokan gunung berapi Inerie.
Rasa penasaran itu akhirnya terwujud saat mengunjungi Kampung Adat Bena yang sudah terkenal di Eropa. Ada tiga Kampung adat di Lembah Jerebu’u yang memiliki keunikan masing-masing dari segi arsitektur rumahnya.
1. Kampung Adat Bena
Selama ini turis asing dan nusantara yang dipandu oleh pemandu lokal selalu mengantarkan tamunya untuk mengunjungi Kampung Adat Bena. Apa yang indah dan unik di Kampung Adat Bena?
Bagi seorang antropolog akan terasa keunikan-keunikan bangunan rumah adat masyarakat Bena. Sementara bagi seorang yang sedang belajar arsitektur akan menemukan ilmu baru terhadap arsitektur bangunan yang sangat berbeda dengan yang sudah biasa dibangun.
2. Kampung Adat Gurusina
Tak jauh dari Kampung Adat Bena, ada sebuah kampung yang memiliki daya pikat untuk dikunjungi wisatawan asing dan nusantara. Kampung adat itu adalah Kampung Adat Gurusina. Arsitektur bangunan hampir sama dengan bangunan di Kampung Adat Bena.
3. Kampung Adat Tololela
Kampung Adat Tololela dijadikan tempat pembuatan film Inerie beberapa tahun lalu. Kini kampung ini yang berada di lereng gunung api Inerie sudah semakin terkenal dengan masuknya musik tiup tradisional Bombardom yang diakui Muri.
Kampung ini menyimpan potensi musik yang diwariskan leluhur dari ratusan tahun yang lalu. Namun, musik langka ini hilang akibat masuknya musik modern. Di tengah-tengah pengaruh musik modern dengan gaya barat, kaum perempuan dan laki-laki masih memainkan musik ini untuk kalangan sendiri.
Salah satu dari sekian banyak lembah yang menyimpan potensi pariwisata di bagian tengah Pulau Flores adalah Lembah Jerebu’u di Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur sebagai museum budaya.
![]() |
Misteri Sosok Raksasa Dakhe Penghuni Kampung Adat Lembah Jerebu |
Ada apa di Lembah Jerebu’u? Lembah Jerebu’u yang berada di bawah kaki gunung berapi Inerie terdapat kampung-kampung adat yang berusia ratusan tahun. Selain melihat arsitektur rumah adat warga masyarakat Ngada yang sangat langka, wisatawan asing dan nusantara dapat menikmati pemandangan alam di lembah Jerebu’u serta keelokan gunung berapi Inerie.
Rasa penasaran itu akhirnya terwujud saat mengunjungi Kampung Adat Bena yang sudah terkenal di Eropa. Ada tiga Kampung adat di Lembah Jerebu’u yang memiliki keunikan masing-masing dari segi arsitektur rumahnya.
1. Kampung Adat Bena
Selama ini turis asing dan nusantara yang dipandu oleh pemandu lokal selalu mengantarkan tamunya untuk mengunjungi Kampung Adat Bena. Apa yang indah dan unik di Kampung Adat Bena?
Bagi seorang antropolog akan terasa keunikan-keunikan bangunan rumah adat masyarakat Bena. Sementara bagi seorang yang sedang belajar arsitektur akan menemukan ilmu baru terhadap arsitektur bangunan yang sangat berbeda dengan yang sudah biasa dibangun.
2. Kampung Adat Gurusina
Tak jauh dari Kampung Adat Bena, ada sebuah kampung yang memiliki daya pikat untuk dikunjungi wisatawan asing dan nusantara. Kampung adat itu adalah Kampung Adat Gurusina. Arsitektur bangunan hampir sama dengan bangunan di Kampung Adat Bena.
3. Kampung Adat Tololela
Kampung Adat Tololela dijadikan tempat pembuatan film Inerie beberapa tahun lalu. Kini kampung ini yang berada di lereng gunung api Inerie sudah semakin terkenal dengan masuknya musik tiup tradisional Bombardom yang diakui Muri.
Kampung ini menyimpan potensi musik yang diwariskan leluhur dari ratusan tahun yang lalu. Namun, musik langka ini hilang akibat masuknya musik modern. Di tengah-tengah pengaruh musik modern dengan gaya barat, kaum perempuan dan laki-laki masih memainkan musik ini untuk kalangan sendiri.