loading...

Sejarah, Bacaan Sholawat Nariyah Dan Artinya Yang Penuh Kontroversi - Hallo sahabat Pahala Online, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Sejarah, Bacaan Sholawat Nariyah Dan Artinya Yang Penuh Kontroversi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Hikmah, Artikel Shalawat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.



Judul : Sejarah, Bacaan Sholawat Nariyah Dan Artinya Yang Penuh Kontroversi
link : Sejarah, Bacaan Sholawat Nariyah Dan Artinya Yang Penuh Kontroversi

Baca juga


Sejarah, Bacaan Sholawat Nariyah Dan Artinya Yang Penuh Kontroversi


Kumpulan Doa Islami - Shalawat Nariyah merupakan salah satu Sholawat yang sangat terkenal dikalangan masyarakat muslim. Banyak yang meyakini manfaat sholawat nariyah bisa meringankan masalah, memecahkan kesulitan serta gampang tercapainya apa yang diharapkan, namun banyak juga yang beropini bahwa shalawat nariyah itu tidak boleh lantaran di dalamnya mengandung kesyirikan (menyekutukan Allah).

Dalam sejarahnya, Sholawat Nariyah tidak pernah ada di zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, sementara sejarah lain menyebutkan sholawat nariyah merupakan sholawat yang selalu diamalkan oleh sahabat nabi, dimana sahabat nabi tersebut mengamalkan atau membaca shalawat nariyah sebanyak 4.444 kali setiap malam, dan dengan amalan inilah ia sebagai orang yang pertama masuk nirwana bersama nabi.

Dari beberapa uraian diatas, sanggup kita pahami bahwa sholawat nariyah ini ternyata mempunyai kontroversi di kalangan muslim. Nah, pada halaman ini kami akan menguak atau memaparkan wacana Sholawat Nariyah yang kontroversial ini, yang berhasil kami rangkum dari banyak sekali sumber. Untuk selengkapnya, silakan simak hingga selesai uraiannya dibawah ini :


Bacaan Shalawat Nariyah Bahasa Arab, Tulisan Latin dan Terjemahannya

اَللهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تَامَّاعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الَّذِىْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِى كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

ALLAAHUMMA SHOLLI SHOLAATAN KAAMILATAN WASALLIM SALAAMAAN TAAMMAN 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADINIL LADZII TANHALLU BIHIL'UQODU WATANFARIJU BIHILKUROBU WATUQDHOO BIHILHAWAAIJU WATUNAALU BIHIR ROGHOOIBU WAHUSNUL KHOWAATIMI WAYUSTASQAAL GHOMAAMU BIWAJHIHILKARIIMI WA'ALAA AALIHII WASHOHBIHII FII KULLI LAMHATIN WANAFASIN BI'ADADI KULLI MA'LUUMIN LAKA.

Artinya :
Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang tepat dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan alasannya yaitu dia semua kesulitan sanggup terpecahkan, semua kesusahan sanggup dilenyapkan, semua keperluan sanggup terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah sanggup diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.

Dari bacaan shalawat nariyah dan terjemahannya menyerupai yang tertera diatas, ternyata ini menjadi kontroversi. Banyak buku-buku yang beredara di masyarakat dan/atau artikel-artikel di internet yang membahas Sholawat Nariyah, dan mengartikan kalau shalawat ini terdapat beberapa lafadz yang maknanya menyekutukan Allah (Syirik) dan/atau melanggar pengertian syirik, yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang menjadi sifat khusus bagi Allah.

Salawat Nariyah yaitu Syirik

Dilansir dari laman konsultasisyariah.com, terdapat 4 kalimat yang mengandung kesyirikan dalam sholawat nariyah. beberapa lafadnya yaitu sebagai berikut :

تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ

Rincian Kalimat:
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ
Artinya : "Segala ikatan dan kesulitan bisa lepas lantaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam"

وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ
Artinya : "Segala peristiwa bisa tersingkap dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam"

وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ
Artinya : "Segala kebutuhan bisa terkabulkan lantaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam"

وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ
Artinya : "Segala keinginan bisa didapatkan dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam"

Nah, empat kalimat di atas merupakan kebanggaan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Jika kita perhatikan, empat kemampuan di atas merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh Allah dan tidak dimiliki oleh makhluk-Nya siapa pun orangnya. Karena yang bisa menghilangkan kesulitan, menghilangkan bencana, memenuhi kebutuhan, dan mengabulkan keinginan serta doa hanyalah Allah.

Seorang Nabi atau bahkan para malaikat tidak mempunyai kemampuan dalam hal ini. Oleh lantaran itu, ketika pujian-pujian ini ditujukan kepada selain Allah (termasuk kepada Nabi Muhammad SAW) maka berarti telah menyamakan makhluk tersebut dengan Allah dalam kasus yang menjadi hak khusus bagi Allah.

Selain keempat kalimat diatas, dalam Sholawat Nariyah terdapat kebanggaan yang berlebihan kepada Nabi Muhammad SAW. Sementara Nabi sendiri melarang keras umatnya untuk memujinya secara berlebihan.

Suatu ketika ada seorang sahabat memuji Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengatakan: "Engkau yaitu insan terbaik di antara kami, putra dari insan terbaik kami,…" kemudian dia bersabda, "Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Kristen berlebih-lebihan dalam memuji Nabi Isa A.S. Aku hanyalah seorang hamba, maka sebutlah Aku: Hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Dari sisi penamaan, patut diketahui bahwa kata naariyah merupakan pecahan dari kata naar (النار) yang artinya api. Maka bagaimana mungkin sesuatu yang isinya doa diberi nama yang mengesankan sesuatu yang buruk?. Tetapi ada yang menyebutkan bahwa asal permintaan nama Shalawat Nariyah itu diambil dari pengarangnya yakni Syaikh Nariyah (akan kami ulas dibawah).

Analisa Isi Shalawat Nariyah

Untuk meluruskan dan/atau menengahi uraian diatas wacana "kesyirikan Sholawat Nariyah serta yang Berlebihan" maka kita perlu menganalisa arti/terjemahan sholawat tersebut.

Seperti dilansir dari laman seteteshidayah.wordpress.com, Sebagian orang yang terlalu bersemangat mempersoalkan kata ganti "BIHI" (dengannya) pada lafadz shalawat nariyah di atas ditujukan kepada Rasulullah Muhammad SAW, maka hal itu yaitu sebuah kesyirikan lantaran tidak boleh Rasulullah SAW bukanlah penyebab terurai segala ikatan dan kesulitan dan hilangnya segala kesedihan, serta dipenuhinya segala kebutuhan. Mereka menyampaikan bila kata ganti “BIHI” diganti dengan “BIHA” yang artinya melalui shalawat itu sendiri maka Allah akan mengurai segala ikatan dan kesulitan dan hilang segala kesedihan, serta dipenuhinya segala kebutuhan maka hal ini menjadi benar.

Maka kepada saudara se-aqidah sesama muslim kita harus berusaha untuk husnudzon (berprasangka baik). Di dalam kaidah peradilan saja ketika mengadili orang, dikenal istilah praduga tak bersalah (presumption of innocence), walaupun ia jelas-jelas penjahat tetap harus didampingi pembela dan dijunjung tinggi kaidah ini. Apalagi ini dalam kasus agama kepada saudara sesama muslim, kok gampang sekali menyampaikan syirik, sesat dan kafir?

Kata ganti "BIHI" di sini masih ada ruang penafsiran tergantung niat orang yang mengucapkannya. Jika ia benar-benar meyakini dan bermaksud Rasulullah-lah yang menguraikan kesulitan, menghilangkan segala kesedihan, memenuhi segala kebutuhan, maka tentu orang itu telah tergelincir dalam kesesatan dan kemusyrikan.

Namun seandainya yang dimaksud yaitu bahwa melalui Rasulullah Muhammad s.a.w. kita mengenal agama ini, kemudian dari situ kita jadi memahami agama ini, meyakini wacana Allah dan segala sifat dan kekuasaanNya maka dari situlah segala kesulitan kita menjadi terurai, segala kesedihan kita menjadi sirna, dan segala keinginan kita dikabulkan oleh Allah, maka hal ini yaitu aqidah yang benar. Inilah mungkin yang dimaksud dengan perkataan ALLADZI TANHALLU BIHIL 'UQOD (terurai melalui mu segala ikatan), TANFARIJU BIHIL KUROB (dilepaskan / dihilangkan melalui mu segala kesedihan) dan seterusnya.

Terkadang makna dari kata-kata sangat relatif maksudnya dan bergantung pada prasangka yang ada di dalam otak. Jika prasangkanya sudah jelek apa yang diucapkan orang pun selalu nampak jelek dan salah. Terlebih dalam memandang kata-kata kebanggaan yang disampaikan melalui puisi, lebih sering maknanya yaitu majazi (bukan makna sesungguhnya). Sebagaimana orang yang jatuh cinta menyampaikan "wajahmu rembulan", tentu bila dipahami apa adanya bisa dikatakan syirik. Namun maksudnya yaitu wajahmu sangat bagus dan bercahaya menyerupai rembulan. Demikian pula ketika mengartikan lafadz WA YUSTASQOL GHOMAMU BIWAJ HIHIL KARIIM (dan dicurahkan hujan dengan wajahmu yang mulia), menyerupai yang tercantum dalam lafadz shalawat nariyah.

Pengagungan Berlebihan Terhadap Shalawat Nariyah
Adapun perilaku sebagian orang yang terlalu berlebihan dalam meyakini keagungan shalawat nariyah sama jelek nya dengan perilaku orang yang berlebihan dalam menyatakan nya sebagai syirik dan bid’ah. Situasi ini menyerupai mirip perkataan Ali bin Abi Thalib r.a. yang berkata :

Dua orang yang akan binasa, yaitu yang membenciku berlebihan dan mencintaiku berlebihan

Maka sebagian orang menyampaikan dengan mengucapkan sekian ribu kali shalawat nariyah akan dihilangkan segala kesusahan dan terpenuhi segala keinginan. Mereka beranggapan, barangsiapa membacanya sebanyak 4.444 kali dengan niat semoga kesusahan dihilangkan, pasti akan terpenuhi.

Justru mengucapkan shalawat nariyah ini kita memuji Rasulullah s.a.w. yang melalui dia lah kita memahami hakikat kekuasaan Allah yang sanggup menghilangkan kesulitan dan mengangkat kesedihan. Melalui baginda Rasululillah ini sampailah pada kita firman Allah :
Katakanlah, ‘Panggillah mereka yang kau anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan ancaman daripadamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih bersahabat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan siksa-Nya; sesungguhnya siksa Tuhanmu yaitu sesuatu yang (harus) ditakuti. (Q.S. Al-Isra’[17] : 56-57)

Melalui pedoman dia pula kita mengetahui aqidah yang benar bahwa Rasulullah s.a.w tidak bisa mengangkat kemudharatan dan peristiwa alam yang menimpa kita dan hanya kepada Allah-lah kita bermohon untuk diangkat kemudharatan dan peristiwa alam yang menimpa kita.

Katakanlah, ‘Aku tidak kuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya saya mengetahui yang ghaib, pasti saya menciptakan kebajikan sebanyak-banyaknya dan saya tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa gosip gembira bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-A’raf [7] : 188)

Maka kita harus mengembalikan maksud dari shalawat nariyah itu kepada kedudukannya yang sebenarnya. Walaupun tidak terlarang menyusun dan membaca shalawat karangan orang sholeh, ulama atau sahabat, namun keyakinan atas perkataan di dalamnya haruslah tetap lurus dan benar. Bisa jadi maksud yang menyusun shalawat nariyah itu tidaklah demikian, sementara orang-orang yang mengkultuskan dan terlalu berlebihan dalam mengidolakannya memelencengkan maksud shalawat tersebut dan menambah-nambahinya dengan pengagungan yang berlebihan.

Sejarah / Riwayat Shalawat Nariyah

Sebagaimana yang sudah kami sebutkan pada awal halaman ini, bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan sholawat nariyah, lantaran memang shalawat ini tidak ada pada zaman Nabi. Namun ada sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa sholawat nariyah disusun oleh sahabat nabi yakni Syaikh Nariyah.

Dikutip dari laman indospiritual.com, Sholawat Nariyah yaitu sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras nabi dalam memberikan wahyu Allah, mengajarkan wacana Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan syekh nariyah yaitu salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut sholawat nariyah.

Suatu malam syekh nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, dia mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis dia mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan nirwana pertama kali bersama nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama menyerupai syekh nariyah. Namun nabi menyampaikan tidak bisa lantaran syekh nariyah sudah minta terlebih dahulu.

Mengapa sahabat itu ditolak nabi? dan justru syekh nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh syekh nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada hakekatnya yaitu mendoakan untuk dirinya sendiri lantaran Allah sudah menjamin nabi-nabiNya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat.

Makara nabi berperan sebagai wasilah yang bisa melancarkan doa umat yang bersholawat kepadanya. Inilah salah satu belakang layar doa/sholawat yang tidak banyak orang tahu sehingga banyak yang bertanya kenapa nabi malah didoakan umatnya? untuk itulah bila kita berdoa kepada Allah jangan lupa terlebih dahulu bersholawat kepada Nabi SAW lantaran doa kita akan lebih terkabul daripada tidak berwasilah melalui bersholawat.

Inilah riwayat singkat sholawat nariyah. Hingga kini banyak orang yang mengamalkan sholawat ini, tak lain lantaran menggandakan yang dilakukan syekh nariyah. Dan ada baiknya sholawat ini dibaca 4444 kali lantaran syekh nariyah memperoleh karomah sehabis membaca 4444 kali. Makara jumlah amalan itu tak lebih dari itba' (mengikuti) pedoman syekh.

Ada juga yang menyebutkan, Shalawat Nariyah konon disusun oleh seorang ulama magribi (sekarang disebut negara Maroko) berjulukan Ibrahim Attaziy Al-Maghribiy, shalawat inipun dikenal dengan nama shalawat Ta’ziyah Attafrijiyyah, namun orang Maroko sering menyebutnya shalawat nariyah. Wallahu 'alam, hanya Allah yang tahu.

Kejanggalan Sejarah/Riwayat Syaikh Nariyah (Penyusun Shalawat Nariyah)

Dari dongeng tersebut di atas wacana Syaikh Nariyah, ada beberapa hal yang hendaknya kita perhatikan dengan seksama, yang pertama yakni: Benarkah ada sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang berjulukan Syaikh Nariyah?

Dilansir dari laman metafisis.net, Para sahabat Nabi yaitu orang-orang yang beriman yang hidup di zaman, mereka dimuliakan oleh Allah dan dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya dengan kebanggaan Khairun Naas (Manusia Terbaik). Oleh lantaran itu, banyak diantara kalangan para ulama yang menaruh perhatian yang sangat besar wacana biografi dan perjalanan hidup para sahabat Nabi. Oleh lantaran itu begitu banyak kitab yang ditulis yang mengumpulkan biografi dan perjalanan hidup generasi terbaik ini dan beberapa generasi yang hidup di zaman kemuliaan Islam tersebut.

Sebut saja Hilyatul Awliyaa` yang ditulis oleh Al-Hafizh Abu Nu’aim Al-Asfahani. Ada lagi kitab Tahdzibul Kamal karya al-Hafizh Al-Mizzi, Shifatush Shafwah karya Imam Ibnul Jauzi, Al-Ishabatu fi Tamyizish Shahabah karya al-Hafizh Ibn Hajar al-’Asqalani dan banyak sekali kitab sejarah lainnya yang pada dasarnya yaitu para ulama menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap biografi dan perjalanan hidup para sahabat Nabi.

Para dewan redaktur majalah As-Sunnah mengatakan, “Setelah meneliti banyak sekali kitab di atas dan juga tumpuan biografi lainnya, yang biasa diistilahkan para Ulama dengan kutubut tarajim wa ath-thabaqat, ternyata tidak dijumpai seorang pun di antara Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang berjulukan Nariyah. Bahkan sepengetahuan kami, tidak ada seorang pun Ulama klasik yang mempunyai nama tersebut. Lalu, dari manakah orang tersebut berasal ??”

Sebenarnya ada sebuah kejanggalan pada nama orang yang disangka sebagai sahabat Nabi tersebut, yakni: bila kita terbiasa berinteraksi dengan hadits-hadits Nabi dan biografi para sahabat, belum pernah kita jumpai adanya nama sahabat Nabi yang mendapat ‘gelar’ “SYAIKH”. Perhatikanlah nama di atas, “Syaikh Nariyah”. Ini yaitu sesuatu hal yang sangat tidak lazim terjadi di kalangan para ulama salaf, terlebih lagi para sahabat Nabi.

Cobalah seandainya seseorang sedikit saja membaca kitab para ulama yang menuliskan biografi para sahabat, ketika mendengar atau membaca nama Syaikh Nariyah yang disangka sebagai sahabat Nabi, maka ia akan mencicipi sesuatu yang aneh, ganjil dan tidak lazim. Mungkin –Allahua’lam- orang yang menciptakan kisah ini yaitu orang yang tidak terbiasa berinteraksi dengan nama para sahabat Nabi, sehingga ia melaksanakan tindakan yang cukup fatal dan dianggap ganjil oleh orang-orang yang terbiasa dengan biografi para sahabat Nabi.

Dari sini saja kita sudah sangsi wacana keshahihan kisah tersebut sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada sahabat Nabi yang berjulukan Syaikh Nariyah. Jadi, penyandaran shalawat ini kepada sahabat Nabi yang berjulukan Syaikh Nariyah sangat diragukan kebenarannya.

Kemudian yang kedua, kisah tersebut di atas dinukil dengan tanpa sanad sehingga bagi orang-orang yang memahami betul pentingnya sanad dalam sebuah riwayat, mereka akan sangat sulit melacak keotentikan dongeng di atas. Jangankan sanad, artikel tersebut juga tidak mencantumkan tumpuan dari mana kisah itu dinukil. Sepertinya, -Allahua’alam- orang yang menciptakan kisah di atas bukanlah orang yang mempunyai amanah ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan lantaran gelapnya asal-usul dan periwayatan kisah tersebut di atas.

Imam ‘Abdullah bin al-Mubarak pernah berkata, “Isnad yaitu kepingan dari agama. Jika tidak ada isnad, seseorang akan bebas menyampaikan apa yang dikehendakinya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam muqaddimah Shahihnya).

Jadi, memang sangat diragukan kalau "Syaikh Nariyah" yaitu sahabat nabi. Karena kami sendiri (Admin Kumpulan Doa Islami) gres tahu sehabis baca riwayat tersebut, kalau ternyata ada salah satu sahabat nabi yang gelarnya "Syaikh". Padahal, kalau kita mau pelajari dari sekian banyaknya nama-nama sahabat nabi, tidak ada yang namanya Syaikh dan/atau Nariyah.

Sebagaimana dikutip dari laman id.wikipedia.org, beberapa sahabat nabi yang terkenal yaitu sebagai berikut :
  • Abdullah bin Umar
  • Abdurrahman bin Auf
  • Abu Bakar
  • Abu Dzar Al-Ghiffari
  • Abu Hurairah
  • Abu Ubaidah bin al-Jarrah
  • Ali bin Abi Talib
  • al-Qamah
  • Amru bin Ash
  • Bilal bin Rabah
  • Hakim bin Hazm
  • Hamzah bin Abdul Muthalib
  • Khalid bin Walid
  • Mua'dz bin Jabal
  • Mua'wiyah bin Abu Sufyan
  • Mus'ab bin Umair
  • Salman al-Farisi
  • Sa'ad bin Abi Waqqas
  • Sa'id bin Zayd bin `Amr
  • Thalhah bin Ubaidillah
  • Zaid bin Khattab
  • Umar bin Khattab
  • Usamah bin Zaid bin Haritsah
  • Usman bin Affan
  • Uwais Al-Qarny
  • Wahsyi
  • Zubair bin Awwam
Dan masih banyak lagi sahabat nabi yang lainnya, namun tidak ada yang bergelar "Syaikh" dan/atau nama Nariyah.

Keistimewaan / Keutamaan Shalawat Nariyah

Dari banyak sekali uraian diatas yang penuh kontroversi, baik dari segi arti, makna atau terjemahan shalawat nariyah yang mana ada yang menyampaikan sebagai kesyirikan (tergantung kita menyikapinya) serta sejarahnya yang sangat janggal lantaran tidak ada sahabat nabi yang berjulukan Syaikh Nariyah, namun bagi orang-orang yang percaya tentu shalawat nariyah mempunyai keutamaan dan/atau keistimewaan.

Dilansri dari laman nu.or.id, Seperti halnya shalawat badar yang sangat populer, shalawat Nariyah juga tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan kasus pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah yaitu salah satu jalan mengadu kepada Allah SWT.

Dalam kitab Khozinatul Asror (hlm. 179) dijelaskan, “Salah satu shalawat yang mustajab ialah Shalawat Tafrijiyah Qurthubiyah, yang disebut orang Maroko dengan Shalawat Nariyah lantaran bila mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak yang tidak disukai mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat nariyah ini sebanyak 4.444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat (bi idznillah).”

"Shalawat nariyah ini juga oleh para jago yang tahu belakang layar alam diyakini sebagai kunci gudang yang mumpuni:. .. Dan imam Dainuri menunjukkan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (Fardhu) 11 kali dipakai sebagai wiridan maka rizekinya tidak akan putus, di samping mendapat pangkat kedudukan dan tingkatan orang kaya.”

Hadits riwayat Ibnu Mundah dari Jabir mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku sehari 100 kali (dalam riwayat lain): Siapa membaca shalawal kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia... Dan hadits Rasulullah yang mengatakan; Perbanyaklah shahawat kepadaku lantaran sanggup memecahkan kasus dan menghilangkan kesedihan. Demikian menyerupai tertuang dalam kitab an-Nuzhah yang dikutib juga dalam Khozinatul Asror.

Diriwayatkan juga Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai balasan yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits, dia bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal­-amal kalian disampaikan kepadaku, bila saya tahu amal itu baik, saya memuji Allah, tetapi kalau jelek saya mintakan ampun kepada Allah. Hadits riwayat al-Hafizh Ismail al­Qadhi, dalam kepingan Shalawat ‘ala an-Nary. Imam Haitami menyebutkan dalam kitab Majma' az-Zawaid, ia menganggap shahih hadits di atas.

Hal ini terperinci bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya di alam barzakh. Istighfar yaitu doa, dan doa untuk umatnya pasti bermanfaat. Ada lagi hadits lain: Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan memberikan kepada ruhku sehingga saya bisa mennjawab salam itu. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih).

Video Ceramah Agama wacana Sholawat Nariyah

Untuk meyakinkah kita semua seputar kontroversi shalawat nariyah sebagaimana yang sudah kami paparkan diatas yang dirangkum dari banyak sekali sumber, berikut ini kami sajikan video Ceramah Agama wacana Shalwat Nariyah, Disampaikan oleh KH. Thoifur Mawardi, di alun-alun Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 7 Maret 2011, dikala program "Purworejo Bersholawat bersama Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf.



Pengamalan Sholawat Nariyah

Kami sendiri (Admin Kumpulan Doa Islami) yaitu orang yang termasuk sering (pernah) mengamalkan shalawat nariyah, lantaran memang dari usia bawah umur hingga sekarang, shalawat ini masih sangat terkenal dan terus di dibaca dan/atau diamalkan. Adapun untuk (kesyirikan) shalawat nariyah jujur saja gres tahu sehabis baca-baca artikel wacana shalawat nariyah, lantaran sebelumnya belum pernah dengar kalau shalawat ini terdapat makna yang syirik. Namun kami menanggapi bahwa arti makna yang terkandung dalam shalawat nariyah tergantung dari sudut pandang kita, bagaimana cara kita menyikapi makna dari sholawat itu sendiri, sebagaimana yang sudah kami paparkan di atas wacana "Analisa Isi Sholawat Nariyah".

Dikampung halaman kami, shalawat nariyah merupakan salah satu shalawat yang selalu jadi andalan sebagai salah satu puji-pujian (shalawatan) sehabis mengumandangkan adzan. Jadi, sehabis adzan selesai sembari menunggu imam dan iqomah, biasanya muadznin mengumandang shalawat (bahasa kampung kami puji-pujian) salah satu sholawat yang sering dibaca yaitu shalawat nariyah.

Pengalaman mengamalkan shalawat nariyah dikala masih duduk di dingklik Aliyah (Setera dengan SMA), ketika ada pembangunan sekolah, seluruh siswa-siswi setiap hari sebelum memasuki kelas untuk belajar, dikumpulkan di lapangan sekolah untuk membaca sholawat nariyah secara berjama'ah sebanyak 11 kali.

Selain itu, dikala kami di Pesantren, dan waktu itu ada pembangunan gedung pesantren, setiap selesai sholat isya para santri berkumpul di aula dan mengamalkan shalawat nariyah secara berjama'ah. Kami tidak ingat betul berapa banyak amalan sholawat nariyah yang waktu itu dibaca, tapi seingat kami, lebih dari 1.000 kali membaca sholawat nariyah, pada waktu itu.

Kesimpulan

Dari semua uraian yang sudah dipaparkan, setidaknya sanggup kita ambil kesimpulan wacana sholawat nariyah yang mana diantaranya yaitu sebagai berikut :
  1. Makna Sholawat Nariyah bisa menjadi syirik bila seseorang memandangnya atau mengartikannya semua kesusahan, kesulitan, menghilangkan bencana, terkabul keinginannya semata lantaran Nabi Muhammad. Padahal, sebagaimana yang kita ketahui bersama, yang bisa menghilangkan kesulitan, menghilangkan bencana, memenuhi kebutuhan, dan mengabulkan keinginan serta doa hanyalah Allah (Pahami Analisa Isi Sholawat Nariyah).
  2. Sejarah atau riwayat Sholawat Nariyah yang disusun oleh Syaikh Nariyah sebagai sahabat nabi dan merupakan orang yang pertama masuk nirwana bersama nabi SANGAT DIRAGUKAN. Karena dalam sejarah sahabat-sahabat nabi, tidak ada satu pun sahabat nabi yang namanya "Syaikh" Nariyah dan riwayat tersebut juga tidak mempunyai Sanad, sehingga bagi orang-orang yang memahami betul pentingnya sanad dalam sebuah riwayat, mereka akan sangat sulit melacak keotentikan cerita/kisah tersebut.
  3. Dalam riwayat lain yang menyebutkan shalawat Nariyah konon disusun oleh seorang ulama magribi (sekarang disebut negara Maroko) berjulukan Ibrahim Attaziy Al-Maghribiy, shalawat inipun dikenal dengan nama shalawat Ta’ziyah Attafrijiyyah, namun orang Maroko sering menyebutnya shalawat nariyah, ini mungkin bisa jadi ada benarnya. Sebagaimana tersirat dalam kitab Khozinatul Asror (hlm. 179) dijelaskan, “Salah satu shalawat yang mustajab ialah Shalawat Tafrijiyah Qurthubiyah, yang disebut orang Maroko dengan Shalawat Nariyah lantaran bila mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak yang tidak disukai mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat nariyah ini sebanyak 4.444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat (bi idznillah)."
  4. Meski riwayat asal usulnya belum terperinci secara pasti, namun selagi kita berfikir positif dalam menyikapi makna sholawat nariyah yakni hanya kepada Allah lah kita memohon sesuatu, maka syah-syah saja untuk mengamalkannya. Lagi pula membaca sholawat nariyah bukanlah kewajiban, sehingga apabila orang tidak mengamalkannya tidaklah berdosa, dan yang mengamalkannya tentu akan mendapat pahala dan pesan yang tersirat dibalik sholawat nariyah.



Demikianlah Artikel

Sekianlah artikel kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.