Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Di dalam Al Qur'an kata nasab (نسب) disebutkan sebanyak 3 kali saja yaitu di QS 23:101, 25:54 dan 37:158 yang berarti pertalian darah, keturunan dan hubungan.
Nasab atau Silsilah Nabi Muhammad SAW yang disepakati para ulama yaitu berdasarkan kitab Bukhari dalam bab mab'ats an nabiyyi hanya 20 generasi sampai kepada Adnan bin Udad.
Beberapa waktu yang lewat sudah kita bahas bahwa Adnan adalah keturunan Nabi Ismail AS. Al 'Arab Al Musta'ribah atau bangsa Arab Adnani dinisbahkan kepada Adnan bin Udad ini. Jadi Nabi Muhammad SAW adalah keturunan Arab Adnani. Dimana menurut kesepakatan ulama bahwa nasab beliau adalah sbb:
Muhammad (SAW) bin
01. Abdullah bin
02. Abdul Muththalib bin,
03. Hasyim bin,
04. Abdu Manaf bin,
05. Qusyai bin,
06. Kilab bin,
07. Murrah bin,
08. Ka'ab bin,
09. Luai bin,
10. Ghalib bin,
11. Fihr bin,
12. Malik bin,
13. Nadhr bin,
14. Kinanah bin,
15. Khuzaimah bin,
16. Mudrikah bin,
17. Ilyas bin,
18. Mudhar bin,
19. Nizar bin,
20. Ma'add bin Adnan.
Pas 20 generasi sampai Maad bin Adnan.
Dari ibnu Abbas RA. berkata : Rasulullah SAW, Apabila menceritakan nasabnya, tidaklah melebihi dalam menceritakan nasabnya dari Ma'ad bin Adnan bin Udad, kemudian beliau berhenti dan bersabda "Dustalah orang - orang yang membuat - buat nasab" (HR. Ibnu Sa'ad dan Ibnu Asakir).
Nabi SAW dalam Hadits berikut memberikan kepastian pada ummat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah keturunan terbaik dari Nabi Ibrahim AS:
Sesungguhnya Allah memilih Isma'il dari anak keturunan Ibrahim dan memilih Kinanah dari anak keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari bani Kinanah, dan memilih Hasyim dari suku Quraisy serta memilihku dari bani Hasyim. HR Shahih Muslim No 4221, Sunan Tirmidzi No 3538 dll.
Dalam hadits lain ketika para sahabat disuruh hijrah ke Habassa (Ethiopia) Ja'far bin Abu Thalib memberikan keterangan kepada Raja Najassy betapa Nabi SAW dipilih dari keturunan terbaik dan para sahabat mengetahui dengan jelas. Berikut perkataan Ja'far RA kepada Raja Najassy:
"Allah mengutus kepada kami seorang Rasul dari kalangan kami sendiri, kami mengetahui nasabnya dan kejujurannya, amanahnya dan kehati-hatiannya dalam menjaga kehormatannya."
Sebelum kita lanjut ada sedikit kesalah fahaman terutama dari kaum syiah tentang kemulian keturunan/keluarga. Seseorang tidak masuk syurga atau neraka hanya karena keturunan. Nasab atau keturunan tidak relevant di hadapan Allah di Yaumil Hisab nanti.
Dalam Al Qur'an Surat Al Mu'minun ayat 101 Allah SWT berfirman:
Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.
Kita Ummat Islam memuliakan keturunan dan keluarga Nabi Muhammad SAW. Tapi sebagai manusia yang tidak maksum (tidak lepas dari perbuatan dosa), kemulian keturunan/keluarga tidak menjamin seseorang tidak berbuat dosa dan tercela.
Dalam khutbah Arafah, Rasulullah SAW berkata:
Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat! Tidak ada kelebihan bagi orang arab atas orang ajam dan bagi orang ajam atas orang arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan.
HR Musnad Ahmad No 22391.
Sedikit keterangan bahwa A'jam (أعجم) sebutan bagi orang/bangsa selain bangsa Arab (baik Adnani maupun Qahtani).
Kalau kita perhatikan 20 generasi tersebut tidak ada satu pun yang bernama Quraisy. Sementara di hadits Muslim dan Tirmidzi bahwa Allah memilih Hasyim dari suku Quraisy. Lantas siapa Quraisy, apa kelebihan suku Quraisy sampai Allah memilih mereka. Bahkan Allah menceritakan kepada kita perdagangan suku Quraisy dari Makkah ke Sham (Syiria) di musim dingin dan dari Makkah ke Yaman di musim panas seperti dalam Al Qur'an surat Quraisy (106):
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Para ahli nasab/silsilah Rasulullah SAW menyebutkan bahwa ada 3 orang buyut Nabi SAW yg berhak menerima gelar Quraisy (yang berarti berdagang, berkumpul bersama atau menaklukan) ini:
1. Qusay sebagai Quraisy kecil
2. Fihr sebagai Quraisy menengah
3. Nadhr sebagai Quraisy besar.
Dari 20 generasi tersebut, hanya beberapa orang saja yang akan kita bahas kelebihan dan keutamaanya.
Pertama Mudhar bin Nizar (generasi ke-18 di atas Nabi SAW). Kemudian Kinanah bin Khuzai'ah (14) serta Qussay, Abdul Manaf, Hasyim dan Abdul Muthalib.
Disebutkan dalam sirah Nabi SAW bahwa Mudhar bin Nizar adalah orang Arab pertama yang memelihara (menjinakan) unta sebagai hewan tunggangan, membawa karavan (gerobak) dan sebagai hewan untuk perjalanan jauh. Mudhar bin Nizar lah yang memulai bagaimana melatih unta untuk berdiri, duduk, jalan, berlari, belok dan lain-lain. Dengan adanya unta sebagai hewan peliharaan (bukan hewan liar) maka menjelajah di padang/gurun pasir menjadi lebih gampang dibandingkan jalan kaki waktu itu.
Kinana bin Khuzaimah. Kinana (كنانة) berarti kantong tempat anak panah. Kinana terkenal karena keberaniannya, Kinana dikenal sebagai gudang ilmu, bijaksana berwawasan luas. Disebutkan dalam sirah Nabi SAW bahwa orang yang pergi haji harus mengunjungi Kinana. Karena berjumpa dengan Kinana merupakan suatu kebanggaan, dan orang2 akan berusaha ketemu Kinana jika pergi haji. Jadi pada saat itu orang-orang pergi ke Makkah disamping melakukan ibadah hajji juga ingin bertemu dengan Kinana.
Mari kita kilas balik sebentar ke zaman Nabi Ismail AS bahwa pemilik sumur Zamzam adalah Nabi Ismail AS (dan ibunya siti Hajar). Kemudian suku Jurhum dari Arab Qahtani minta izin menetap di tanah Makkah. Nabi Ismail AS menikah dengan wanita suku Jurhum. Dengan adanya syariat ibadah Hajji maka banyak suku2 Arab Qahtani yang berdatangan ke Makkah. Karenanya suku Jurhum ikut 'mengatur' Makkah di awal2 atau sebelum Quraisy berkuasa di Makkah baik dengan kekuatan, perdagangan maupun penguasaan wilayah.
Seperti yang disebutkan Hadits sebelumnya bahwa Allah memilih Quraisy dari Kinana. Nadhr bin Kinana adalah Quraisy yg tua (besar), Fihr bin Malik yg sedang dan Qussay bin Kilab adalah Quraisy kecil.
Perebutan kekuasaan ini terus berlangsung sampai dengan zaman Qussay bin Kilab. Baik sesama Arab Adnani (keturunan Adnan) maupun dengan Arab Qahtani di Makkah (suku Jurhum).
Pada saat itu yang berkuasa di Makkah adalah suku Khuza'a yaitu keturunan Adnan yang bukan Quraisy (bukan keturunan Nadhar bin Kinana atau Fihr bin Malik).
Disebutkan bahwa Qussay melamar putri pemimpim Khuza'a dan menunjukan kemampuan di segala bidang jauh lebih baik dari pada anak2 pemimpin suku Khuza'a.
Qussay mempunyai banyak anak dan hartanyapun berlimpah ruah, bersamaan dengan itu pengaruhnyapun semakin meluas. Ketika pemimpin suku Khuza'a meninggal dunia, maka dia merasa bahwa dialah yang lebih berhak berkuasa di Makkah dan menangani urusan Ka'bah dari pada suku Khuzaa'a dan suku2 lainnya. Maka Qussay melobi pemuka-pemuka suku Quraisy dan bani Kinanah untuk memerangi, mengusir dan mengambil alih kekuasaan Makkah dari bani Khuzaa'a.
Setelah terjadi pertempuran antara Khuza'a dengan Quraisy, yang akhirnya membawa Qussay menjadi pemimpin Makkah dan menangani urusan Baitul Haram. Lalu dia menjadikan Makkah sebagai pemukiman bani Quraisy dan tinggallah semua suku dari bani Quraisy serta didirikan rumah-rumah mereka di Makkah.
Qussay juga mengaturnya serta membangun Darun Nadwah (disebelah utara Ka'bah) yaitu sebagai tempat pertemuan orang-orang Quraisy untuk membicarakan masalah-masalah penting mereka.
Kemudian Qussay juga mengatur penerimaan dan menjamu (mengasih minum) jama'ah haji ke baitul haram yang berdatangan dari suku Arab pada saat itu (sebagai Rifaadatul Hajj).
Qussay adalah pemegang jabatan Hijabah (wewenang menjaga pintu Ka'bah), maka tidak ada seorangpun yang boleh membuka pintu Ka'bah kecuali dia.
Qussay pemegang jabatan Saqaa'ah yaitu yang memberi minum jama'ah haji.
Jabatan atau tugas2 yang berhubungan dengan ibadah hajji ini diteruskan oleh Abdu Manaf bin Qussay baik sebelum dan sesudah Qussay bin Kilab meninggal.
Abdu Manaf dikenal sebagai pemimpin yang mempunyai leadership (kepeminpinan) yang baik dan berwibawa. Dia sangat dicintai oleh bani Quraisy dan penduduk Makkah saat itu.
Kilas balik sedikit bahwa saat bani Khuza'a mengambil alih kekuasaan dari bani Jurhum dan terjadi pertempuran sengit antara bani Jurhum dengan bani Khuza'a. Ketika bani Jurhum merasa akan kalah mereka melakukan taktik yang kotor yaitu dengan menimbun sumur zamzam sehingga siapapun yang menang pada pertempuran tersebut tidak bakal memiliki sumber air.
Jadi sejak Khuza'a berkuasa di Makkah kemudian diambil slih kembali oleh Qussay bin Kilab tidak ada sumur zamzam. Qussay dan Abdu Manaf menyediakan air untuk jema'ah haji begitu juga pada saat kekuasaan Hasyim bin Abdu Manaf.
Abdu Manaf menyediakan air dan keperluaan jema'ah haji dengan mendatangkan semua keperluaan jemaah haji dari daerah sekitarnya.
Hasyim bin Abdu Manaf meneruskan kekuasaan Abdu Manaf di Makkah. Nama sebenarnya adalah Amer. Orang-orang menyebutnya Hasyim yang berasal dari kata Hasyama (هشم) yang berarti menggiling biji2an menjadi tepung. Jadi orang menyebutnya Hasyim karena dialah yang bertugas menyediakan tepung untuk membuat roti bagi jema'ah haji.
Hasyim bin Abdu Manaf lah yang mengembalikan (membuat) kejayaan suku Quraisy secara ekonomi. Surat Quraisy dalam Al Qur'an adalah cerita dari hasil karya Hasyim bin Abdu Manaf.
Pada suatu saat terjadi musim paceklik dan penduduk Makkah hampir mati kelaparan. Hasyim sebagai pemimpin dan seorang yang dermawan berfikir bahwa ini tidak boleh terjadi di zaman kekuasaannya. Sudah sunatullah bahwa kalau terpaksa/dipaksa keluarlah ide2 cemerlang. Begitu juga dengan Hasyim, dalam keadaan kelaparan tersebut Allah memberinya ilham untuk menghubungkan rantai perdagangan dari Romawi, Parsi, China (belahan Utara Makkah) yang terputus di Sham yaitu di kota perdagangan kuno bernama Busra (di selatan Damaskus sekarang) ke Makkah dan ke San'a di Yaman (belahan Selatan Makkah).
Hasyim mengajak Quraisy untuk membawa dagangan dan harta mereka ke Busra di musim dingin dan dari sana mereka membeli produk2 China, Eropa (Romawi), Parsi dll ke Makkah.
Hasyim juga mengajak Quraisy berdagang ke San'a di Yaman pada musim panad untuk menjual barang2 dari Busra (Sham) dan membeli keperluan dan barang dagangan produk India, Afrika dan dll untuk di bawa ke Makkah dan dijual ke Busra pada musim berikutnya.
Baik kita lanjut. Dengan demikian (adanya "rihlatashitaai wasaif") perekonomian Makkah menjadi berkembang pesat dan Hasyim menjadi pedagang atau businessmen yang sukses.
Dibawah kepemimpinan Hasyim bin Abdu Manaf, jemaah haji dapat dilayani keperluaannya dengan memuaskan. Penduduk Makkah semakin berkembang dan suku Arab lain berdatangan untuk melakukan perdagangan dengan bani Quraisy. Sehingga penduduk Arab sekitar Makkah juga merasakan kemakmuran ini.
Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap kemajuaan yang diperoleh seseorang pasti ada pihak yang merasa dengki. Begitu juga dengan kemashuran yang dicapai Hasyim membuat dengki saudaranya Abdi Syams dan keponakannya Umaiyah ibnu Abdi Syams. Terjadi 'perseteruan' atau perlombaan dalam mengambil 'hati' penduduk Makkah antara bani Umaiyah dan bani Hasyim sampai generasi2 berikutnya.
Hasyim bin Abdu Manaf mempunyai beberapa orang istri, salah seorang istrinya berasal dari Yathrib (Madinah). Dari pernikahannya dengan dengan istri asal Yatrib ini, Hasyim bin Abdu Manaf dikarunia seorang putra saja, yaitu Abdul Muthalib. Allah mempunyai rencana, tidak mungkin kebetulan, bahwa nanti dikemudian hari Nabi SAW hijrah ke Yathrib (Madinah) ke kampung Nenek beliau.
Pada saat Hasyim pergi berdagang ke Gaza (Palestina), Hasyim meninggal di Gaza dan dimakamkan di sana. Sampai saat ini lokasi dekat tempat Hasyim dikubur, dibangun sebuah Masdjid ul Sayyid Hasyim (Masdjid Sayyidina Hasyim). Karena adanya jasad Sayyidina Hasyim di Ghaza, maka Ghaza juga dikenal sebagai Ghaza to Hasyim.
Catatan pinggir bahwa Ghaza berasal dari kata atau bahasa Ibrani yang kalau dituliskan denggan bahasa Arab sebagai غزّØ© yang berarti "yang kuat".
Karena Hasyim bin Abdul Meninggal maka istrinya atau ibu Abdul Muthalib membawa anaknya Abdul Muthalib pulang ke Yathrib dan dibesarkan disana.
Catatan pinggir lagi, kemungkinan mereka (istri dan Abdul Muthalib) ikut ke Ghaza bersama Hasyim karena tidak mungkin paman2 Abdul Muthalib melepaskan anak keturunan mereka 'lepas keluar' dan pergi ke Yathrib. Budaya Arab adalah budaya laki2, anak laki2 sangat dibutuhkan untuk menegakan atau meneruskan kebanggaan keluarga.
Abdul Muthalib adalah kakek Nabi Muhammad SAW. Namanya aslinya adalah Syaibatul Hamd (شيبة الØÙ…د) yang berarti 'uban yang memuji', karena dia lahir dengan rambut putih/uban. Syaibatul Hamd dibesarkan di Yathrib bersama keluarga ibunya.
Catatan pinggir lagi bahwa pendapat lain mengatakan bahwa waktu Hasyim meninggal, calon ibu Abdul Muthalib masih hamil muda Syaibatul Hamd. Karena hamil muda dan tidak begitu kelihatan, makanya keluarga Abdu Manaf tidak keberatan istri Hasyim pulang ke Yathrib. Menurut pendapat ini, Syaibatul Hamd lahir di Yathrib.
Suatu hari, paman Syaibatul Hamd dari Makkah bernama Muthalib datang ke Yathrib. Muthalib melihat dan memperhatikan Syaibatul Hamd. Muthalib berfikir dan berkata bahwa anak ini (Syaibatul Hamd) pasti anak saudaranya (Hasyim), anak ini Quraisy, ini keponakanku. Muthalib membuat rencana untuk membawa balik Syaibatul Hamd ke Makkah.
Muthalib berusaha menyakinkan Syaibatul Hamd bahwa dia adalah dari suku Quraisy. Muthalib adalah saudara ayahnya Hasyim. Dan suku Quraisy penguasa di Makkah. Akhirnya Syaibatul Hamd setuju untuk ikut pamannya ke Makkah.
Ketika orang Quraisy Makkah melihat Muthalib datang bersama seorang anak, mereka mengira Muthalib membawa hamba/budak (Abd), mereka sebut Abdul Muthalib (hambanya atau budaknya Muthalib). Sejak saat itu nama Abdul Muthalib melekat padanya dan dibantu pamannya Muthalib, Abdul Muthalib memperoleh warisan ayahnya Hasyim.
Disebutkan ada tiga hal penting yang dilakukan atau terjadi pada saat kekuasaan Abdul Muthalib di Makkah. Pertama Abdul Muthalib menemukan kembali sumur zamzam. Kedua Abdul Muthalib bersumpah/bernadzar mengorbankan Abdullah (ayahnya Nabi Muhammad SAW). Ketiga yaitu peristiwa Abrahah menyerang Makkah dengan tentara gajahnya.
Karena Abdul Muthalib mewarisi kekayaan ayahnya yang banyak dan dia juga pintar, menunjukkan jiwa kepemimpinan yang baik, maka kaum Quraisy Makkah mengangkatnya menjadi Pemimpin suku Quraisy - tepanya banu Hasyim di Makkah.
Abdul Muthalib menikah dan mempunyai seorang anak bernama Haris. Jadi Abdul Muthalib juga disebut Abu Haris (bapaknya Haris) karena anak tertua laki2nya adalah Haris. Dalam budaya Arab nama seperti ini (Abu Haris) disebut nama kunya.
Setelah Haris mulai besar dan suatu waktu Abdul Muthalib bermimpi dimana dia harus menggali kembali sumur zamzam. Allah menunjukkan Abdul Muthalib di dalam mimpinya, dimana dia harus menggali dekat patung antara batu dan tanda ini, jika kamu gali kamu akan menemukan sumur zamzam. Pada awalnya Abdul Muthalib cuman manganggap mimpi ini sebagai bunga tidur saja. Tapi dia bermimpi hal yang persis sama untuk kedua kalinya. Kali ketiga ketika dia bermimpi yang sama kembali, dia fikir ini pasti dari Allah. Maka paginya dia mengajak Haris untuk menggali sesuai dengan petunjuk dari Allah di dalam mimpinya. Melihat rencana Abdul Muthalib ini, penduduk Makkah mengolok dan mempertawakan Abdul Muthalib. Bani Quraisy mengatakan kepada Abdul Muthalib dan Haris bahwa apakah setelah ratusan tahun mereka mencoba dan menggali beberapa tempat di Makkah tanpa hasil, sekarang kalian akan berhasil?
Catatan pinggir lagi bahwa mimpi menurut para ulama ada tiga macam. Pertama mimpi dari Allah yang benar dan susah dilupakan (ingat terus). Kedua mimpi dari setan, biasanya menakutkan dan tidak benar sama sekali. Ketiga yaitu mimpi karena angan atau fikiran yang kebawa tidur, biasanya sehabis bangun langsung lupa mimpi apa semalam.
Abdul Muthalib dan Haris mulai mengali di tempat yang ditunjuki Allah di dalam mimpinya. Mereka berdua menggali terus sementara kaum Quraisy menertawakan dan mengolok-ngolok mereka. Setelah Abdul Muthalib dan Haris menggali sekian dalam akhirnya mereka menemukan sesuatu yang jauh lebih bernilai daripada emas dan perak, lebih bernilai daripada emas yaitu AIR mulai merembes keluar semakin lama semakin deras. Abdul Muthalib dan Haris menemukan kembali sumur air zamzam yang selama ratusan tahun telah penduduk Quraisy coba temukan.
Kaum Quraisy saudara-saudara Abdul Multhalib mulai berkerumum mengelilinginya, bahkan mereka mengatakan kepada Abdul Muthalib "ini milik kita sekarang". Abdul Muthalib tegas menolak dan mengatakan kepada mereka "tidak, saya yang telah menemukannya kembali, saya yang memilikinya". Bukan maksud Abdul Muthalib 'mengangkangi' air zamzam sendiri tanpa membagi kepada penduduk Makkah. Bukan, tetapi dengan menguasai sumur air zamzam maka kepemimpinannya akan lebih berjaya dan prestis (terkenal).
Kaum Quraisy mulai mengepung Abdul Muthalib dan Haris. Terjadi adu pendapat dan suasana mulai memanas dan hampir saja terjadi perang/perkelahian antar saudara (sesama banu Quraisy). Abdul Muthalib dan Haris tetap pada pendirian mereka bahwa sumur air zamzam adalah miliknya. Bahkan, Abdul Muthalib bersumpah pada Allah "o Allah jika Kamu berikan saya sepuluh orang anak laki2 untuk mempertahankan sumur air zamzam ini, saya berjanji akan mengorbankannya satu untukMu o Allah".
Mendengar sumpah dan keteguhan hati Abdul Muthalib, banu Quraisy mulai melunak dan mereka setuju untuk mencari nasihat pada 'orang tua' ternama yang berada diluar Makkah di tengah gurun sana untuk menentukan penguasa syah sumur air zamzam tersebut. Kedua pihak setuju dan pergi keluar gurun sana bersama sama. Ditengah perjalanan mereka tersesat (mungkin terjadi badai sehingga tanda2 jalan yang selama ini mereka ingat tidak ada lagi), mereka tersesat di gurun pasir dan semakin lama persediaan makan dan minum mereka habis. Mereka semua berdaudara, kaum Quraisy - kakak adik, keponakan paman dan lain lain hampir mati kelaparan dan kehausan.
Abdul Muthalib berkata kepada kaum Quraisy semua dalam rombongan tersebut "setiap orang harus menggali kuburan masing-masing, tenaga kita habis, kita terlalu lemah untuk membantu menggali kuburan yang lain". Abdul Muthalib mulai menggali kuburannya sendiri. Kehendak Allah, lagi waktu Abdul Muthalib menggali kuburannya, dia temukan air lagi. Oleh karena kaum Quraisy berkata "ini tanda dari Allah bahwa sumur air zamzam milik kamu Abdul Muthalib karena air yang sekarang kamu temukan telah menyelamatkan kita semua dari kematian". Semua setuju bahwa sumur air zamzam adalah milik Abdul Muthalib. Tanpa meneruskan perjalanan, mereka semua kembali ke Makkah.
Abdul Muthalib berumur panjang, hampir seratus tahun dimana rata-rata umur orang Arab pada saat itu antara 35 - 45 tahun saja. Abdul Muthalib mempunyai beberapa orang istri dan dari perkawinannya dia dikarunia 16 orang anak dimana 6 diantaranya adalah perempuan. Diantara anak-anak Abdul Muthalib bahkan ada yang sudah meninggal duluan. Haris yang sulung sudah meninggal, kemudian Zubair, Abdullah dan Abu Thalib adalah anak-anak Abdul Muthalib dari istri yang sama. Abbas dan Dirrar anak dari istri yang lain. Hamzah, Muqawaman dan Hajlaa anak dari istri lain. Abu Lahab (Abdul Uzza) sendirian anak dari istri yang lain. Diantara anak perempuannya adalah Shafiyyah, Atikah, Ummi Hakiim, Amiimah, Arwaa dan Barra.
Ketika semua anak2 Abdul Muthalib sudah besar - dewasa, dia katakan kepada mereka tentang sumpah/nadzarnya kepada Allah "dengar, saya orang yang selalu menepati janji, saya sudah bersumpah kepada Allah untuk mengorban salah seorang dari kalian anak laki-laki, terserah pada Allah yang mana dari kalian yang terpilih". Akhirnya nama Abdullah yang terpilih untuk dikorbankan kepada Allah.
Ketika itu Abdullah mungkin berumur 16-17 tahun dan Abdul Muthalib membawanya ke Ka'bah untuk menunaikan sumpah/nadzarnya. Kaum Quraisy berkumpul dan berkata kepada Abdul Muthalib "cukup Abdul Muthalib, kamu tidak boleh melakukannya, kenapa kamu tidak pergi kepada 'orang tua' diluar sana untuk mencari opsi/jalan lain?" Abdul Muthalib setuju dan pergilah dia minta nasehat kepada 'orang tua' diluar gurun sana. Pendek cerita, Abdul Muthalib diwajibkan untuk mengganti Abdullah dengan 100 ekor Unta. Sejak itu setiap ada pembunuhan, kalau keluarga korban tidak minta qishas tapi minta denda, maka dendanya adalah 100 ekor unta. Hal ini menjadi kaidah fiqih sampai sekarang. Abdullah tidak jadi dikorbankan, Abdul Muthalib setuju mengorbakan 100 ekor unta untuk membayar sumpah/nadzarnya.
HR Musnad Ahmad, Sunan Tirmidzhi dan Ibnu Maajah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka permasalah itu diserahkan kepada wali kurban, jika mereka berkehendak mereka boleh meminta qishas (balas bunuh), dan jika mereka berkehendak mereka boleh meminta tebusan, yaitu tiga puluh ekor hiqah (unta yang telah berumur empat tahun), dan tiga puluh jadza`ah (unta perempuan yang telah berumur lima tahun), serta empat puluh khaliqah unta yang sedang hamil). Adapun jika mereka mengajak damai dengan sesuatu maka itu menjadi hak mereka, dan itulah denda.
Baik kita lanjutkan dengan kisah Abrahah menyerang Ka'bah bersama tentara gajahnya.
Abrahah adalah gubernur di wilayah Yaman dibawah kekuasaan Habasyi atau Abyssinia atau Ethiopia sekarang. Raja atau Najashi menaklukan Raja Saba atau Yaman dan memberikan kepada Abrahah yang berstatus Gubernur. Abrahah melihat banyak orang Yaman (Arab Qahtani) pergi ke Utara dan dia bertanya kepada mereka "kamana kalian pergi?" Mereka menjawab "pergi ke Makkah". Abrahah bertanya lagi "kenapa ke Makkah, ngapain kalian disaba?". Mereka jawab lagi "disana ada rumah Allah (baitullah) kami menunaikan ibadah Hajji". Lantas Abrahah bilang "saya akan bangun rumah tuhan di sini (Yaman), jauh lebih baik dan lebih megah dari rumah-rumah tuhan yang lain, kalian harus datang kesini untuk berhaji".
Akhirnya Abrahah membangun Katedral (Gereja) besar dan megah di Yaman karena kerajaan Habasy dan Abrahah adalah penganut Kristen. Kemudian dia memerintah semua orang Yaman (Arab Qahtani) harus datang ke Gerejanya daripada jauh-jauh ke Makkah untuk menunaikan ibadah Hajji. Beberapa orang Arab Qahtani pedalaman (beduin) mendengar khabar ini, dia fikir daripada cari penyakit dia pergi ke Gereja untuk sekedar melepas kewajiban, habis itu dia pergi ke Makkah untuk berhaji.
Abrahah mendengar khabar ini dan dia sangat marah. Dia bilang "sebagai balasan, saya akan hancurkan rumah mereka (baitullah) sehingga orang-orang hanya datang ke Gerejanya saja". Abrahah memerintahkan pasukannya agar bersiap-siap untuk menyerah baitullah di Makkah. Karena mereka dari Abyssinia (Ethiopia), mereka juga membawa serta Gajah Ethiopia ke Yaman karena di Arab tidak ada Gajah. Tentara Abrahah juga membawa Gajah-gajah tersebut ke Makkah untuk menyerang Ka'bah.
Abrahah datang ke Makkah bersama pasukannya. Ketika sampai diluar Makkah dia menangkap dan menyita semua (ratusan unta, domba, dll) hewan ternak milik Abdul Muthalib. Abdul Muthalib mendengar khabar ini datang menemui Abrahah. Abrahah begitu melihat Abdul Muthalib datang menyambut karena dia terpesona dengan wibawa dan kegagahan Abdul Muthalib yang tinggi besar.
Abrahah berkata "maaf, saya tidak punya masalah denganmu dan orang-orangmu secara pribadi, saya hanya datang untuk menghancurkan rumah peribadatanmu".
Abdul Muthalib nggak kalah kocak, dia jawab "saya nggak datang untuk itu (rumah peribadatan), saya datang karena kamu menawan hewan-hewan saya".
Abrahah nggak kalah kagetnya dan berkata "saya datang untuk menghancurkan rumah sucimu dan kamu datang kesini untuk membicara hewan peliharaan dengan saya?"
Abdul Muthalib bilang "saya ingin hewan-hewan peliharaan saya".
Abrahah bilang "saya kehilangan hormat kepadamu".
Abdul Muthalib bilang "itu bukan masalah saya, rumah suci ada Tuhan yang menjaganya, hewan peliharaan juga ada tuan yang menjaganya dan tugas saya adalah menjaga hewan-hewan tersebut".
Mendengar ini Abrahah memberikan kembali semua hewan-hewannya. Abrahah mengasih waktu dan kesempatan kepada semua penduduk Makkah untuk keluar sebelum Abrahah menyerang.
Setelah semua keluar dari Makkah, Abdul Muthalib berdo'a kepada Allah "o Allah, kami tidak mampum melawan pasukan ini, mereka terlalu kuat buat kami, mereka mempunyai Gajah-gajah, mereka mempunyai ribuan pasukan, Kamu lindungilah baitullah". Kemudia dia pergi ke bukit untuk memperhatikan pergerakan pasukan Abrahah.
Kaum Quraisy melihat begitu Gajah-gajah diarahkan ke Ka'bah, mereka berhenti - mogok, tapi begitu diarahkan ke tempat lain, mereka bergerak. Meskipun Gajah-gajah tersebut dipaksa, dipecut, dicambuk, tetap tidak mau bergerak menuju Ka'bah.
Allah memberhentikan Gajah-gajah tersebut menyerang Ka'bah. Allah mengirim pasukan burung besar "wa arsala 'alaihim thairan abaabiil, tarmiihiim bihijaaratin min sijjiil". Pasukan burung itu melempari mereka dengan bebatuan dari neraka jahanam. Mereka dijadikan bagai daun tanaman yang terkena wabah yang mematikan (berlubang-lubah dimakan ulat).
Hal ini diabadikan Allah dalam Al Qur'an surat Al Fiil (105). Kaum Quraisy menyaksikan peristiwa ini dengan mata kepala mereka sendiri. Mereka lihat, semua pasukan Abrahah hancur, ada yg gila dan Abrahah sendiri mati ketika kabur dan hampir sampai ke istananya di Yaman.
Alhamdulillah, mudah-mudahan bermamfaat. Kalau ada salah semua dati saya yang tidak luput dari salah. Dan semua kebenaran hanya milik Allah semata.
Wallahu a'lamu bishshawab.
--
Wassalam,
Aba Abdirrahim